Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

“Haji Manila” dan Fenomena Keagamaan yang Menipu

23 Agustus 2016   12:00 Diperbarui: 23 Agustus 2016   12:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal ukuran sebuah ibadah apapun, termasuk Haji tidaklah semata bersifat fisik-material, tetapi jauh dari itu, Haji merupakan ibadah spiritual dalam rangka mengejar kesalehan dan kemanfaatan yang lebih bernilai di mata Tuhan, tidak diukur dalam wilayah kemanusiaan.

Bagi saya, banyaknya masyarakat Muslim yang berkeinginan melaksanakan Haji di Indonesia tidaklah linier dengan meningkatnya kesalehan secara individual. Tetapi lebih banyak didorong oleh hal-hal keduniaan yang memunculkan fenomena keagamaan yang pada akhirnya “semu” bahkan “palsu”. Tidak sedikit orang yang mengejar prestise untuk berhaji karena desakan kultur: penerimaan mereka secara sosial dalam masyarakat dan dianggap sebagai “kelas baru” dalam strata sosial karena gelar yang kemudian disematkan oleh masyarakat kepada mereka. 

Hal ini bisa dibuktikan oleh banyaknya mereka yang rela membayar lebih untuk tidak mengantri ketika berkeinginan melaksanakan ibadah Haji. Travel-travel yang secara resmi mengurus Haji pun pada akhirnya berlomba-lomba melakukan transaksi kuota dengan pihak pemerintah demi mendapatkan keuntungan. Haji seakan-akan memberikan gambaran fenomena keduniaan yang bersifat keuntungan materi, padahal Haji adalah ibadah individual yang menghasilkan keuntungan spiritual bagi yang melaksanakannya.

Wallahu a’lam bisshawab  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun