Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Universitas Islam Internasional Indonesia Disetujui Jokowi, Bagaimana dengan UIN?

14 Juli 2016   11:02 Diperbarui: 14 Juli 2016   16:36 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Kampus UIN Sunan Kalijaga. (sumber: www.uin-suka.ac.id)

Saat ini kenyataannya, perguruan tinggi Islam sangat minim riset dikarenakan pendanaan riset yang kurang memadai. Padahal, perguruan-perguruan tinggi asing justru menjadikan riset sebagai modal utama dalam program kemajuan dan pemberdayaan masyarakatnya. Anggaran-anggaran pemerintahan terhadap riset di perguruan tinggi asing sangat mendukung bahkan diberikan porsi yang cukup besar, hal ini berbeda dengan anggaran riset dari pemerintah kita sendiri terhadap perguruan tinggi. Lalu, jika anggaran negara diberikan untuk membangun UIII dan operasionalisasinya, bagaimana dengan pendanaan bagi riset di perguruan tinggi Islam lainnya, semisal UIN?

Saya kira, kehadiran UIII walaupun menjadi tonggak sejarah dalam upaya kemajuan peradaban Islam dunia, tetapi jangan pula menjadi semacam proyek jangka pendek yang justru nanti berdampak pada penganaktirian UIN-UIN yang sudah lebih dahulu hadir sebagai tonggak peradaban Islam di Indonesia.

Kita tentu berharap UIII yang akan dibentuk nanti dapat bersinergi dengan perguruan tinggi Islam lainnya sehingga dapat memperkuat bangunan proyek mercusuar peradaban Islam dunia yang saat ini sedang digarap oleh Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, seharusnya tetap memperhatikan soal pendanaan riset yang sering kali minim diperoleh oleh banyak perguruan tinggi Islam di seluruh Indonesia.

Geliat IAIN yang segera menjadi UIN tetap harus diberikan dukungan yang penuh dari pemerintah agar beragam disiplin keilmuan apapun dapat diisi oleh nilai-nilai luhur ajaran Islam, jika Indonesia memang mempunyai ekspektasi yang tinggi menjadi pusat peradaban Islam dunia. Tidak hanya itu, dana-dana operasional pendidikan juga harus merata untuk seluruh madrasah yang saat ini justru paling banyak tersebar di seluruh wilayah Nusantara. 

Madrasah saat ini hanya dijadikan “kelas dua” baik oleh masyarakat maupun pemerintah sehingga mutu pendidikan yang ada di dalamnya dianggap kurang bernilai karena memang dari sisi pendanaan minim diperoleh dari pemerintah.

Akan sangat arif jika seandainya biaya operasional pendirian UIII juga dapat dialokasikan untuk pembangunan madrasah-madrasah yang terbengkalai atau pendanaan riset-riset perguruan tinggi Islam yang dirasa sangat minim dan jauh dari harapan. Kita tentunya bangga jika Indonesia memiliki perguruan tinggi Islam bertaraf internasional, tetapi akan lebih bangga jika seluruh pendidikan Islam formal, dari berbagai level dapat terangkat citranya dan mampu bersaing dengan pendidikan-pendidikan umum lainnya. 

Tonggak utama peradaban bangsa sebenarnya berada pada level pendidikan dasar, menengah, dan atas bukan pada bentuk pendidikan tinggi seperti universitas. Penguatan terhadap level dasar dan menengah pendidikan Islam di Indonesia, terletak pada mutu pendidikan yang ada pada madrasah-madrasah yang senantiasa terus ditingkatkan. Jika level dasar dan menengah sudah kuat, maka pendidikan tinggi akan dapat mengikuti dan menyesuaikan.

Wallahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun