Terungkapnya sebab kematian Siyono dengan jelas ke publik yang dilakukan Muhammadiyah justru semakin menguak arogansi Densus 88 ditengah upaya serius dalam hal penegakan hukum dan HAM di Indonesia. Arogansi seperti ini justru berimplikasi buruk terhadap upaya penegakan hukum dan para pencari keadilan di negeri ini.
Padahal, citra kepolisian saat ini tengah gemilang dan menunjukkan kinerjanya yang luar biasa, terutama dalam pemberantasan Narkoba. Citra kepolisian yang sedang baik seharusnya tidak dirusak oleh manipulasi-manipulasi atau rekayasa-rekayasa yang justru akan menambah “tamparan” bagi pihak kepolisian. Objektiv dan transparansi seharusnya tetap dikedepankan guna menghindari kecurigaan publik, karena publik saat ini sudah lebih cerdas menilai, mana yang sekedar rekayasa dan mana yang jelas fakta.
Kasus kematian Siyono justru semakin membuka mata publik akan “ketidakadilan” yang dilakukan aparat penegak hukum. Masalah hukum seakan-akan mudah saja hanya diselesaikan dengan cara pemberian uang sebagai bentuk simpati tanpa pertanggunjawaban apa-apa. Seandainya pihak keluarga tidak meminta bantuan pihak lain untuk mengungkap kasus kematian Siyono, maka selesai sudah kasus Siyono dan publik hanya membaca berita kematiannya versi pihak kepolisian. Kendati demikian, kasus ini seharusnya menjadi pelajaran yang sangat berharga bahwa keadilan seharusnya bisa dirasakan oleh siapapun tanpa “tebang pilih”, tanpa “rekayasa” yang justru harus dimulai oleh para aparat penegak hukumnya sendiri.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H