Tabel 1 Indikator Faktor Ekonomi Makro Indonesia, Rata-Rata Pertumbuhan
Return on Equity (ROE), dan Price Earning Ratio (PER) Industri
Manufaktur di BEI Periode 2009-2011
Â
Tahun Laju
Inflasi
 (%) Tingkat
Suku
Bunga SBI
(%) Nilai
Tukar Rp
Terhadap
USD (Rp) Return on
Equity
(ROE) Â
(%) Price
Earning
Ratio (PER)
(%)
2009 2,78 6,50 10.356 11,82 16,47
2010 6,96 6,50 9.078 2,43 1,48
2011 3,79 6,00 8.773 0,01 1,49
Sumber : Data Diolah Â
Berdasarkan Tabel 1, menguatnya ketiga indikator ekonomi makro pada tahun 2011 tidak serta merta ikut meningkatkan kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada sektor manufaktur.Â
Hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih jauh. Â Suardani (2009), dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat inflasi dengan kinerja keuangan, suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, kurs Dolar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.Â
Demir (2007), menyebutkan bahwa ketidakpastian ekonomi makro yang diukur dengan nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur.Â
Gallardo et al. (2001), meneliti profitabilitas perusahaan manufaktur di Mexico, menyebutkan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Â
Tidak stabilnya kondisi ekonomi makro akan berdampak buruk pada kinerja keuangan perusahaan secara umum. Rendahnya kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan membuat para investor mengurangi jumlah permintaan atas saham perusahaan tersebut.Â
Menurunnya jumlah permintaan saham akan mengakibatkan harga saham ikut turun dan hal ini menunjukkan nilai perusahaan yang rendah.Â
Pareira (2010) membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara inflasi dengan harga saham. Triayuningsih (2003) menyebutkan bahwa laju inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham yang berdampak pada harga saham perusahaan manufaktur.Â
Kurihara (2006) meneliti hubungan antara variabel makroekonomi dan harga saham di Jepang, menemukan bahwa tingkat suku bunga domestik tidak mempengaruhi perubahan harga saham di Jepang secara signifikan, melainkan nilai tukar yang ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham di Jepang.Â
Berbeda dengan penelitian Gupta et al. (2000), yang menemukan bukti bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan nilai tukar. Harga saham justru lebih terpengaruh oleh tren dari tingkat suku bunga selama periode tersebut, di mana suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian fenomena dan research gap tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1)Apakah faktor ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?
2)Apakah kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
3)Apakah faktor ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?