Contoh Nyata:
Misalnya, Apple Inc., salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, memiliki banyak aktiva lancar dan tetap yang bernilai tinggi. Aset lancarnya memungkinkan Apple untuk melakukan pembayaran secara cepat, sementara aktiva tetapnya, seperti fasilitas produksi dan peralatan, mendukung inovasi dan produksi produk baru. Selain itu, nilai ekuitas perusahaan yang besar memberikan perlindungan terhadap utang dan memberikan keuntungan lebih kepada pemegang saham.
Sumber Referensi:
- Warren, C.S., Reeve, J.M., & Duchac, J.E. (2018). Accounting, 27th Edition. Cengage Learning.
- Healy, P.M., & Palepu, K.G. (2012). Business Analysis & Valuation: Using Financial Statements, 5th Edition. South-Western Cengage Learning.
- Investopedia. (2023). Understanding Assets and Liabilities in Accounting. Retrieved from https://www.investopedia.com.
- Kieso, D.E., Weygandt, J.J., & Warfield, T.D. (2019). Intermediate Accounting, 16th Edition. Wiley.
Risiko dari Kewajiban Lancar, Kewajiban Jangka Panjang, Kewajiban Lain-lain, dan Utang yang Didistribusikan
Kewajiban dalam laporan keuangan adalah hutang atau utang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban ini terbagi menjadi beberapa jenis, seperti kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain, dan utang yang didistribusikan. Masing-masing jenis kewajiban ini memiliki risiko yang berbeda-beda.
1. Risiko Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah utang yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun. Kewajiban ini mencakup utang dagang (hutang kepada pemasok), utang pajak, gaji karyawan yang belum dibayar, dan lain-lain.
- Risiko: Risiko utama dari kewajiban lancar adalah kesulitan dalam likuiditas. Jika perusahaan tidak memiliki kas yang cukup untuk membayar kewajiban ini, maka perusahaan bisa mengalami masalah keuangan serius, bahkan bisa gagal bayar atau terjerat dalam kesulitan likuiditas.
- Contoh: Misalnya, sebuah perusahaan memiliki utang kepada pemasok sebesar Rp 500 juta yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan. Jika perusahaan tidak memiliki kas atau aset yang cukup untuk membayar, maka bisa terjadi keterlambatan pembayaran yang menyebabkan kerugian reputasi atau bahkan dihentikan pasokan barang dari pemasok.
2. Risiko Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah utang yang harus dibayar dalam waktu lebih dari satu tahun. Ini termasuk pinjaman bank jangka panjang atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
- Risiko: Risiko dari kewajiban jangka panjang adalah beban bunga yang terus menerus dan kemungkinan kesulitan dalam memenuhi pembayaran pokok utang saat jatuh tempo. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan aliran kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban ini, maka perusahaan bisa menghadapi kebangkrutan atau pengambilalihan aset.
- Contoh: Sebuah perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp 10 miliar yang jatuh tempo dalam 5 tahun dengan bunga 8% per tahun. Perusahaan harus memastikan bahwa mereka dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar bunga dan pokok utang pada saat jatuh tempo, atau mereka akan menghadapi risiko kegagalan finansial.
3. Risiko Kewajiban Lain-lain
Kewajiban lain-lain mencakup berbagai kewajiban yang tidak terklasifikasi sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang, seperti kewajiban untuk membayar klaim asuransi, utang sewa, atau kewajiban yang terkait dengan komitmen tertentu.
- Risiko: Risiko dari kewajiban lain-lain adalah bahwa kewajiban ini sering kali kurang terduga atau lebih sulit untuk diperkirakan. Kewajiban ini bisa berubah tergantung pada kondisi yang tidak terduga, seperti peraturan baru atau tuntutan hukum.
- Contoh: Sebuah perusahaan mungkin memiliki kewajiban untuk membayar klaim asuransi atau kompensasi karyawan jika terjadi kecelakaan kerja. Jika perusahaan tidak menyisihkan dana yang cukup untuk membayar kewajiban ini, maka mereka bisa menghadapi masalah keuangan yang besar.