Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jelang 100 Hari Kabinet Merah Putih, Efisien atau Beban?

27 Januari 2025   14:16 Diperbarui: 27 Januari 2025   23:27 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabinet Merah Putih. (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencatat sejarah baru dengan membentuk Kabinet Merah Putih yang menjadi kabinet terbesar sejak tahun 1966. Total anggota kabinet mencapai 109 orang, terdiri dari 48 menteri, 5 pejabat setingkat menteri, dan 56 wakil menteri. 

Komposisi ini memunculkan perdebatan di kalangan masyarakat. Efisiensi dan efektivitas pemerintahan menjadi pertanyaan besar di tengah kabinet yang melibatkan begitu banyak pihak.

Kabinet besar mencerminkan ambisi besar. Upaya merangkul berbagai elemen politik dan profesional dilakukan untuk memperkuat stabilitas pemerintahan.

Strategi ini memberikan sinyal politik yang kuat bahwa pemerintahan ini bertujuan menjaga harmoni di tengah dinamika koalisi besar yang mendukungnya.

Sorotan utama tertuju pada kinerja beberapa menteri dalam 100 hari pertama pemerintahan. Natalius Pigai, Menteri Hak Asasi Manusia, mendapat kritik tajam karena kebijakan HAM yang dinilai tidak efektif. 

Kontroversi juga muncul dari Raja Juli Antoni, Menteri Kehutanan, yang dianggap gagal menangani krisis deforestasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah anggota kabinet tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas kinerja mereka.

Apresiasi juga diberikan kepada beberapa menteri, termasuk Nasaruddin Umar dan Sri Mulyani Indrawati. Nasaruddin dinilai berhasil menjaga harmoni keagamaan, sedangkan Sri Mulyani menunjukkan kepemimpinan kuat dalam pengelolaan fiskal. 

Evaluasi positif terhadap sebagian anggota kabinet menunjukkan potensi besar jika seluruh komponen kabinet bekerja dengan baik.

Penambahan anggota kabinet membawa konsekuensi pada anggaran negara. Gaji, tunjangan, serta fasilitas untuk para menteri dan wakil menteri menjadi beban signifikan. Di tengah keterbatasan anggaran negara, kritik terhadap pemborosan biaya politik menjadi semakin tajam.

Posisi wakil menteri menjadi salah satu elemen yang sering dipertanyakan. Keberadaan mereka dianggap tidak selalu esensial, lebih berfungsi sebagai simbol akomodasi politik dibandingkan peran fungsional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun