Tiba-tiba, dari rak atas, terdengar suara dari kamus bahasa Prancis-Indonesia. "Semua ini salahku, Sobat," katanya dengan nada penuh penyesalan. "Aku yang jadi rujukan penerjemah kalian. Tapi aku sudah tua, cetakan 1995. Kosakata-ku sudah ketinggalan zaman."
Semua buku terdiam. Mereka sadar, masalah ini bukan soal salah siapa, tapi soal nasib. Dan sementara mereka ribut malam itu, tidak ada yang sadar bahwa di sudut toko, buku harian anak kecil sedang mencatat semuanya.
Esok paginya, penjaga toko bingung. "Kenapa rak buku ini miring semua, ya? Ah, mungkin tikus..." Tapi dia tidak tahu, malam itu buku-buku telah meluapkan emosi mereka dalam diskusi terjemahan paling absurd sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H