Di sinilah pentingnya transparansi. Jika media memutuskan untuk tidak memberitakan sesuatu, sebaiknya mereka memberikan alasan yang jelas kepada publik. Ini bukan hanya soal menjaga kredibilitas, tetapi juga menghormati hak pembaca untuk mendapatkan informasi yang relevan.
Boikot sebagai Bumerang
Mari kita bicara realitas. Dalam dunia digital saat ini, informasi mengalir seperti air. Jika satu media memutuskan untuk memboikot berita, media lain akan dengan senang hati mengambil peluang itu. Hasilnya? Media yang memboikot justru kehilangan audiens, sementara media yang memberitakan mendapat keuntungan.
Selain itu, ada fenomena yang disebut Streisand Effect. Ketika sesuatu sengaja disembunyikan, orang malah semakin penasaran. Dengan memboikot Bung Towel, media massa mungkin tanpa sadar justru memperbesar perhatian publik terhadapnya.
Bijak dalam Mengelola Informasi
Pada akhirnya, keputusan untuk memboikot pemberitaan adalah hak setiap media. Namun, media juga harus memahami konsekuensi dari keputusan tersebut, baik dari segi ekonomi, etika, maupun dampaknya pada masyarakat. Dalam kasus Bung Towel, mungkin yang dibutuhkan bukanlah boikot, tetapi pendekatan jurnalistik yang lebih kreatif dan edukatif.
Sebagai penulis opini, saya hanya bisa berharap bahwa media massa Indonesia terus belajar untuk menyeimbangkan idealisme jurnalistik dengan tuntutan industri. Karena, seperti kata pepatah, "Informasi adalah kekuatan." Dan siapa yang memegang kendali atas informasi, memegang kendali atas masyarakat.
Bravo Timnas Indonesia, dan selamat berpikir kritis, kawan-kawan media!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H