Mungkin sudah saatnya PSSI belajar bahwa keberhasilan tidak datang dalam sekejap. Butuh konsistensi, komitmen, dan yang terpenting, visi yang jelas. Kita bisa mencontoh Jepang, yang berhasil membangun tim sepak bola kelas dunia karena investasi jangka panjang dalam pembinaan pemain muda dan stabilitas manajemen.
Harapan di Tengah Kekacauan
Sebagai rakyat pecinta sepak bola, kita hanya bisa berharap drama ini tidak mengulangi pola lama. PSSI harusnya belajar dari pengalaman ini dan mulai fokus pada pembangunan sepak bola secara keseluruhan, bukan hanya pada pergantian pelatih.
Adapun untuk Shin Tae-yong, semoga dia tidak terlalu kecewa. Kalau ada yang bilang, "Bukan kamu, ini aku," itu pasti PSSI. Dan bagi kita semua, mari jadikan pemecatan ini sebagai pengingat bahwa sepak bola Indonesia butuh lebih dari sekadar pelatih baru. Kita butuh perubahan sistemik---yang sayangnya, masih seperti unicorn: semua tahu ada, tapi sulit ditemukan.
Jadi, mari kita angkat cangkir kopi kita, untuk Shin Tae-yong, untuk PSSI, dan untuk drama-drama sepak bola yang tidak pernah kehabisan cerita. Dan siapa tahu? Mungkin suatu saat nanti, kita benar-benar melihat Garuda terbang tinggi di Piala Dunia. Karena, seperti kata orang bijak, harapan adalah inti dari semua drama---dan kita, pecinta sepak bola Indonesia, selalu punya harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H