Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlukah Membuat Resolusi di Tahun Baru?

31 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 31 Desember 2024   10:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resolusi Tahun Baru: Antara Efektivitas dan Realitas Sosial

Setiap tahun baru, wacana tentang resolusi kembali menjadi pembahasan yang kerap mencuat di berbagai ruang diskusi, baik formal maupun informal. Resolusi tahun baru, yang sering kali dianggap sebagai bentuk refleksi dan perencanaan hidup, telah menjadi tradisi global. Namun, sebuah survei yang menunjukkan bahwa 73,04% responden memilih untuk tidak membuat resolusi dan hanya menjalani hidup secara "mengalir" memunculkan pertanyaan: Apakah resolusi tahun baru masih relevan? Fenomena ini mengundang perhatian akademis, terutama dalam kaitannya dengan efektivitas resolusi dan perubahan pola pikir masyarakat kontemporer.

Fenomena Penurunan Minat Membuat Resolusi

Dalam survei tersebut, yang dilakukan oleh Kumparan.com dan melibatkan 460 responden selama 6 hari, hanya 26,96% responden yang menyatakan masih membuat resolusi tahun baru. Temuan ini sejalan dengan pendapat yang berkembang bahwa banyak orang mulai skeptis terhadap manfaat resolusi. Sebuah penelitian dari University of Scranton, misalnya, mengungkapkan bahwa hanya sekitar 8% individu yang berhasil mencapai resolusi mereka (Good News from Indonesia, 2024). Tingkat kegagalan yang tinggi ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak orang meninggalkan kebiasaan tersebut.

Salah satu alasan lain adalah target yang sering kali tidak realistis. Resolusi seperti "mengurangi berat badan" atau "mendapatkan promosi" sering kali tidak disertai dengan langkah-langkah konkret, sehingga tujuan tersebut menjadi abstrak dan sulit dicapai (Kompas Lifestyle, 2024). Dalam konteks ini, kegagalan bukan hanya disebabkan oleh kurangnya usaha, tetapi juga oleh perencanaan yang kurang matang.

Perubahan Pola Pikir Masyarakat

Perubahan sosial dan pola pikir masyarakat juga turut memengaruhi fenomena ini. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul pandangan yang menekankan fleksibilitas dan keberlanjutan daripada pencapaian target spesifik. Pendekatan ini sering kali disebut sebagai "living in the moment," di mana individu memilih untuk fokus pada pengalaman saat ini daripada mengejar tujuan jangka panjang yang kadang-kadang terasa jauh dari kenyataan (Kompasiana, 2024). Pandangan ini juga didukung oleh pengalaman kolektif selama pandemi COVID-19, di mana banyak orang dipaksa untuk beradaptasi dengan ketidakpastian dan meninjau ulang prioritas hidup mereka.

Dalam konteks budaya, survei ini mencerminkan pergeseran nilai masyarakat yang lebih menghargai keseimbangan emosional dan mental daripada pencapaian material. Pilihan untuk tidak membuat resolusi tahun baru bukanlah bentuk kemalasan, melainkan respons adaptif terhadap tekanan hidup yang semakin kompleks.

Kritik terhadap Resolusi Tahun Baru

Beberapa kritik terhadap konsep resolusi tahun baru juga relevan untuk dipertimbangkan. Pertama, resolusi sering kali menjadi simbolisme kosong tanpa aksi nyata. IDN Times (2024) mencatat bahwa tanpa strategi yang jelas, resolusi hanya menjadi daftar keinginan yang tidak memiliki dampak signifikan pada kehidupan individu. Selain itu, resolusi yang terlalu ambisius dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan, sehingga berdampak negatif pada kesehatan mental.

Pendekatan alternatif seperti menetapkan "theme" atau tema tahunan kini mulai mendapat perhatian. Alih-alih fokus pada tujuan spesifik, pendekatan ini mengarahkan individu untuk fokus pada nilai atau prinsip yang ingin diterapkan sepanjang tahun. Misalnya, memilih tema "keseimbangan" dapat membantu individu membuat keputusan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Potensi Manfaat Resolusi jika Dilakukan dengan Benar

Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa resolusi tahun baru tetap memiliki potensi manfaat jika dilakukan dengan benar. Penetapan resolusi dapat memberikan arah dan motivasi jika didasarkan pada prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Good News from Indonesia (2024) menekankan bahwa resolusi yang dirancang dengan cara ini memiliki peluang lebih besar untuk berhasil.

Sebagai contoh, alih-alih mengatakan "membaca lebih banyak buku," seseorang dapat menetapkan target membaca satu buku setiap bulan. Pendekatan ini tidak hanya membuat tujuan lebih terukur, tetapi juga memungkinkan individu untuk memantau kemajuan mereka secara berkala.

Selain itu, resolusi dapat menjadi alat untuk mengasah keterampilan manajemen waktu dan prioritas. Dalam dunia yang serba cepat, kemampuan untuk menetapkan dan mencapai tujuan adalah keterampilan penting yang dapat membantu individu berkembang, baik secara pribadi maupun profesional.

Relevansi dan Konteks

Survei yang menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih untuk tidak membuat resolusi tahun baru mencerminkan perubahan mendasar dalam cara pandang masyarakat terhadap perencanaan hidup. Pilihan untuk "mengalir" bukan berarti mengabaikan perencanaan, tetapi lebih kepada pendekatan yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.

Namun, bagi mereka yang masih percaya pada pentingnya resolusi, pendekatan berbasis prinsip SMART dapat menjadi solusi untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Lebih dari sekadar daftar keinginan, resolusi seharusnya menjadi alat yang membantu individu mencapai keseimbangan antara aspirasi dan realitas.

Dalam dunia yang terus berubah, relevansi resolusi tahun baru akan sangat bergantung pada bagaimana individu mendefinisikan dan mengelolanya. Baik dengan resolusi atau tanpa resolusi, yang terpenting adalah kemampuan untuk menjalani hidup dengan kesadaran dan tujuan yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun