Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Curhat ke AI: Dari Pelampiasan Emosi ke Pembelajaran Kreatif

26 Desember 2024   07:13 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:13 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Ketika AI mulai menjadi tempat curhat, banyak yang khawatir bahwa ini mencerminkan kurangnya koneksi manusia. 

Namun, mari kita lihat sisi lainnya: bagaimana jika kebiasaan ini diubah menjadi kesempatan belajar? 

Alih-alih sekadar pelampiasan emosi, AI bisa menjadi mitra dalam pembelajaran yang lebih kreatif dan produktif.

Curhat Sebagai Simulasi Interaktif

AI, dengan kemampuan percakapannya, dapat menjadi alat belajar yang menarik. 

Dalam pembelajaran bahasa asing, misalnya, curhat ke AI bisa dialihkan menjadi simulasi percakapan. 

Siswa bisa berbicara tentang apa saja---dari perasaan pribadi hingga pandangan tentang isu sosial---dalam bahasa yang sedang mereka pelajari. 

Dengan begitu, aktivitas curhat tidak hanya membantu siswa melepaskan emosi tetapi juga meningkatkan kemampuan berbahasa.

Melatih Keterampilan Debat

Selain itu, curhat ke AI juga bisa diarahkan untuk melatih argumen. 

Bayangkan siswa yang "curhat" tentang suatu masalah kepada AI, lalu AI merespons dengan sudut pandang berbeda. 

Proses ini memancing siswa untuk berpikir kritis, mencari bukti, dan menyusun argumen yang lebih kuat.

Inilah bentuk pembelajaran yang tidak hanya mengasah kreativitas tetapi juga kecerdasan emosional.

Pembelajaran Tanpa Beban Emosional

Keunggulan AI adalah ia tidak memiliki emosi. 

Dalam simulasi pembelajaran, hal ini menjadi kelebihan karena siswa dapat berlatih tanpa takut dihakimi atau menghadapi konsekuensi emosional. 

Jika siswa salah berbicara atau berargumen, AI tidak akan marah, hanya memberi respons yang logis. 

Ini menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman.

Menyiapkan Siswa untuk Dunia Nyata

Dalam dunia nyata, keterampilan komunikasi dan debat sangat penting. 

AI sebagai teman curhat sekaligus lawan bicara bisa membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi situasi nyata, seperti wawancara kerja, presentasi, atau bahkan negosiasi. 

Dengan memanfaatkan AI, siswa belajar mengekspresikan ide mereka dengan jelas dan percaya diri.

Bukan Pengganti, Tapi Pendamping

Meskipun AI memiliki potensi besar, kita perlu mengingat bahwa ia adalah alat, bukan pengganti manusia. 

Hubungan antar manusia tetap memiliki peran penting dalam pembelajaran, terutama dalam hal empati dan koneksi emosional. 

Oleh karena itu, integrasi AI dalam pembelajaran harus dilakukan secara seimbang, agar siswa tetap mampu berinteraksi secara efektif di dunia nyata.

Dengan mengalihkan curhat ke AI menjadi aktivitas pembelajaran, kita tidak hanya memanfaatkan teknologi secara positif, tetapi juga membuka jalan bagi pembelajaran yang lebih kreatif, fleksibel, dan mendalam. 

Bagaimana menurut Anda? Apakah ini arah yang ingin kita ambil dalam pendidikan di masa depan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun