Kuntilanak, yang sembunyi di semak, hanya bisa menggelengkan kepala. "Zaman sudah berubah, teknologi makin canggih, sampai-sampai hantu tradisional seperti aku jadi kurang kerjaan nih," keluhnya sambil tertawa kecil, merasa dirinya seperti tokoh komedi daripada hantu yang menyeramkan.
Taksi Hantu dan Penumpang Yang Tertunda
Di pinggir jalan hutan yang sunyi, kuntilanak masih mengamati gerombolan anjing hutan yang tampaknya sudah puas mengendus-ngendus dan akhirnya pergi meninggalkan mobil listrik itu. Dengan mata masih terpaku pada mobil, kuntilanak mulai berpikir, "Kenapa nggak aku aja yang jadi penumpangnya, biar nggak mubazir mobilnya datang kemari." Dengan semangat baru, dia menghampiri mobil dan masuk lagi, duduk manis di kursi penumpang.
Mobil tersebut segera bereaksi, layar di dashboard menyala dan sebuah suara robotik menyapa, "Selamat malam, penumpang terdeteksi. Tujuan telah di-set, mari kita lanjutkan perjalanan." Dan begitu saja, mobil kembali melaju, membawa kuntilanak yang kali ini terlihat agak bingung tapi senang.
Di dalam kabin mobil yang senyap, kuntilanak mencoba menikmati perjalanan. Ia menatap keluar jendela, melihat pohon-pohon pinus yang berlalu cepat. "Wah, kalau sering gini, bisa-bisa aku pensiun jadi hantu nih," gumamnya sambil tersenyum. Ia mulai membayangkan dirinya traveling ke tempat-tempat baru dengan mobil listrik ini, melakukan hal-hal yang belum pernah ia coba selama berabad-abad sebagai hantu.
Mobil terus melaju hingga akhirnya mencapai sebuah desa kecil di ujung hutan. Lampu-lampu di rumah-rumah penduduk menyala, menandakan masih ada kehidupan meski sudah larut. Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tampaknya sudah sangat tua. "Tujuan telah tiba," kata suara robotik itu lagi. Kuntilanak melihat sekeliling, heran.
Tiba-tiba, pintu rumah tersebut terbuka dan seorang nenek tua keluar dengan tongkat di tangan. Dia berjalan mendekat dan melihat kuntilanak yang masih duduk di dalam mobil. "Wah, kuntilanak toh yang jadi penumpangku malam ini," kata nenek itu sambil tertawa. "Ayo masuk, saya sudah siapkan teh dan pisang goreng, biar lebih akrab kita ngobrolnya."
Kuntilanak, yang tadinya siap menakut-nakuti lagi, malah terkejut dan bingung. Tapi lama-lama, dia tersenyum dan mengangguk. Dia keluar dari mobil, mengikuti nenek itu ke dalam rumah, siap menikmati malam yang tak terduga dengan secangkir teh hangat dan cerita dari nenek misterius ini. Ternyata, malam itu, dia tidak hanya menemukan teknologi baru, tapi ternyata juga ketemu Mak Lampir, sang idolanya.
Dan begitulah, di sebuah desa kecil, di sebuah rumah tua, kuntilanak dan Mak Lampir menghabiskan malam dengan cerita dan tawa, membuktikan bahwa kadang, hal-hal yang menakutkan bisa berubah menjadi petualangan yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H