Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Meneladani Literasi Masyarakat Yogyakarta

25 September 2024   19:04 Diperbarui: 1 Oktober 2024   18:12 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta, dengan skor Tingkat Gairah Membaca (TGM) yang tinggi, menjadi provinsi yang paling gemar membaca di Indonesia. 

Skor ini mencerminkan komitmen masyarakat setempat terhadap literasi dan pendidikan, suatu kecenderungan yang sejalan dengan tren literasi global yang juga menunjukkan peningkatan. 

Dari studi yang dilakukan oleh UNESCO, terlihat bahwa literasi membaca meningkat secara internasional, dengan persentase siswa yang mencapai batas minimum literasi internasional yang meningkat.

Sementara itu, Yogyakarta dan provinsi lain di Indonesia yang mencatat skor TGM tinggi dapat menjadi model untuk daerah lain, termasuk Papua Barat yang memiliki skor TGM terendah di Indonesia. 

Hal ini menunjukkan perlunya intervensi yang lebih strategis dan berbasis data untuk mengatasi kesenjangan literasi yang ada.

Perbandingan dengan negara lain seperti India, yang memiliki tradisi literasi yang kuat dengan rata-rata membaca buku dua kali seminggu, menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan membaca dapat dikaitkan dengan kebiasaan dan nilai budaya yang mendukung literasi. 

Seperti di Thailand, di mana warganya menghabiskan rata-rata 80 menit per hari untuk membaca, kegiatan membaca di Yogyakarta juga bisa lebih dipromosikan sebagai bagian dari aktivitas harian yang tidak hanya bermanfaat tetapi juga menyenangkan.

Saat ini, dengan adanya tren meningkatnya digitalisasi bacaan yang didorong oleh teknologi seperti AI yang memudahkan akses ke buku audio dan e-book, seperti yang dilihat di China, Yogyakarta dapat memanfaatkan inovasi serupa untuk lebih meningkatkan minat baca masyarakatnya. 

Ini termasuk penggunaan platform digital untuk menyediakan bahan bacaan yang lebih beragam dan interaktif yang dapat menarik lebih banyak pembaca, terutama generasi muda.

Dengan memahami dan menerapkan strategi-strategi yang telah berhasil di tempat lain di dunia, Yogyakarta dan provinsi-provinsi di Indonesia dengan skor TGM yang rendah dapat meningkatkan literasi dan kegemaran membaca di kalangan masyarakatnya, sekaligus berkontribusi pada peningkatan literasi global. 

Kesadaran akan pentingnya literasi dan strategi yang inovatif dan adaptif akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan literasi masa kini dan mendatang.

***

Yogyakarta, dengan prestasinya yang mencolok dalam literasi, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi dalam strategi literasi. 

Kecenderungan global menunjukkan bahwa teknologi, terutama digitalisasi bahan bacaan, memegang peranan penting dalam membentuk kebiasaan membaca. 

Studi dari Markee Books menekankan pentingnya platform digital dan layanan berlangganan yang memungkinkan akses yang lebih mudah dan murah terhadap buku-buku, yang dapat mendukung upaya literasi di daerah dengan akses terbatas seperti Papua Barat.

Selain itu, integrasi teknologi realitas tertambah (AR) dan realitas maya (VR) menawarkan potensi besar untuk revolusi pengalaman membaca. 

Dengan teknologi ini, pembaca dapat terlibat lebih dalam dengan teks melalui pengalaman yang imersif dan interaktif, seperti yang digarisbawahi oleh laporan Markee Books. 

Penerapan teknologi semacam ini di perpustakaan dan sekolah di Yogyakarta bisa menjadi langkah selanjutnya dalam memperkuat kegemaran membaca di kalangan muda.

Komitmen terhadap keberlanjutan dan kesadaran lingkungan juga menjadi faktor penting dalam tren penerbitan global. 

Meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari produksi buku fisik, penerbit dan pembaca lebih condong ke arah sumber daya digital yang lebih ramah lingkungan, seperti yang terlihat dari tren yang dibahas di Toxigon.com dan CGTN. 

Strategi ini tidak hanya mendukung keberlanjutan tetapi juga membuka akses yang lebih luas melalui format yang lebih ramah lingkungan.

***

Terakhir, memanfaatkan komunitas membaca yang ada di media sosial dan platform lainnya dapat mendorong pertukaran ide dan membentuk komunitas literasi yang kuat, seperti yang dilaporkan oleh The Weary Educator dan Toxigon.com. 

Mengadopsi model ini di Yogyakarta dapat memperkaya dialog dan kolaborasi antar pembaca, memperkuat budaya literasi yang sudah kuat di daerah tersebut.

Dengan strategi yang berfokus pada inovasi, adaptasi, dan keberlanjutan, Yogyakarta dapat memimpin dalam meningkatkan literasi di Indonesia dan menetapkan standar untuk kegemaran membaca yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun