Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Subsidi Energi di Indonesia, Belajar dari Kebijakan BBM di Negara Maju

14 September 2024   05:47 Diperbarui: 14 September 2024   06:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tambang minyak lepas pantai. (Sumber: stock.adobe.com)

Dampak Ekonomi dan Sosial dari Tingginya Harga BBM di Negara Maju

Harga bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi, sebagaimana tercermin dalam infografis 10 negara dengan harga BBM termahal di dunia pada September 2024, tidak hanya menjadi perbincangan di kalangan ekonom, tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Negara-negara seperti Hong Kong, Monako, dan Islandia menduduki puncak daftar, dengan harga BBM melambung hingga Rp50.804/liter untuk RON 95 di Hong Kong. Tingginya harga BBM di negara-negara ini bukan tanpa sebab, melainkan hasil dari kombinasi faktor lingkungan, kebijakan ekonomi, dan ketergantungan pada impor energi.

Infografis harga BBM di beberapa negara. (Sumber: iNews.id)
Infografis harga BBM di beberapa negara. (Sumber: iNews.id)

Dalam konteks ekonomi makro, harga BBM yang tinggi dapat memicu inflasi, terutama di sektor transportasi dan logistik. Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF), kenaikan harga energi dapat menyebabkan inflasi sebesar 0,2 hingga 0,5 persen di beberapa negara maju, tergantung pada seberapa besar ketergantungan ekonomi negara tersebut pada bahan bakar fosil. Di Hong Kong, Monako, dan Islandia, biaya transportasi yang tinggi telah menjadi faktor utama yang meningkatkan biaya hidup secara keseluruhan. Menurut laporan Bank Dunia (2023), negara-negara kecil dengan harga BBM tinggi cenderung mengalami kenaikan inflasi yang lebih signifikan, terutama dalam sektor pangan dan transportasi.

Kebijakan fiskal juga berperan besar dalam menentukan harga BBM di negara-negara ini. Sebagai contoh, Monako dan Swiss secara konsisten menerapkan pajak karbon yang tinggi untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada BBM fosil. Joseph Stiglitz, seorang ekonom peraih Nobel, pernah menyebut bahwa negara-negara maju harus menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan, dan salah satu cara terbaik untuk melakukan itu adalah melalui harga energi yang tinggi. Dengan demikian, harga BBM yang mahal di negara-negara ini sering kali merupakan langkah kebijakan yang disengaja untuk mendorong inovasi hijau dan transisi ke energi bersih.

Sementara itu, Islandia menghadapi tantangan tersendiri. Meski negara ini memiliki sumber daya energi panas bumi yang melimpah, ketergantungan pada impor bahan bakar fosil untuk transportasi membuat harga BBM mereka tetap tinggi. Menurut Fakta dari International Energy Agency (IEA), sekitar 70% dari energi Islandia di sektor transportasi masih berasal dari bahan bakar fosil. Ini menunjukkan bahwa meskipun negara memiliki akses ke sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik, tantangan logistik tetap menjadi kendala besar.

Tingginya harga BBM di negara-negara ini memicu transisi energi yang lebih cepat. Pemerintah mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik (EV) atau energi terbarukan lainnya. Menurut laporan McKinsey & Company (2024), pasar EV di Hong Kong tumbuh 20% per tahun sejak 2020, sebagian besar didorong oleh harga BBM yang sangat mahal.

Dampak Lingkungan dan Solusi Transisi Energi di Negara-Negara dengan Harga BBM Tinggi

Selain dampak ekonomi, tingginya harga BBM di negara-negara seperti Hong Kong, Monako, dan Islandia juga memiliki konsekuensi signifikan terhadap kebijakan lingkungan hidup. Kenaikan harga BBM sering kali dianggap sebagai salah satu cara paling efektif untuk menekan emisi karbon dan mengurangi jejak ekologi negara-negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Joseph E. Aldy, seorang ekonom lingkungan dari Harvard University, dalam studinya pada tahun 2022, menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM sebesar 10% dapat menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 2-4% di negara-negara maju. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, yang menjadi pendorong utama perubahan iklim global.

Di negara-negara seperti Swiss dan Belanda, pajak karbon telah menjadi bagian integral dari kebijakan publik. Menurut data dari European Environment Agency (EEA) pada 2023, Belanda berhasil mengurangi emisi CO sebesar 9,5% dalam 5 tahun terakhir, sebagian besar berkat penerapan pajak BBM yang tinggi. Hal ini mendorong peningkatan investasi dalam energi terbarukan dan infrastruktur kendaraan listrik, yang diperkirakan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil hingga 50% pada 2030.

Namun, Liechtenstein dan Monako menghadapi tantangan berbeda. Meskipun harga BBM mereka termasuk yang tertinggi di dunia, keterbatasan ruang dan infrastruktur membuat transisi ke energi terbarukan lebih sulit. Anders Hove, seorang analis energi dari Oxford Institute for Energy Studies, menyatakan bahwa negara-negara kecil ini sering kali bergantung pada energi impor dari negara tetangga dan memiliki tantangan besar dalam membangun infrastruktur energi terbarukan. Sebagai contoh, Monako telah mulai berinvestasi dalam solar panel dan proyek energi angin di lautan, tetapi hal ini masih dalam tahap awal.

Hong Kong juga menghadapi tantangan yang unik. Sebagai salah satu pusat ekonomi dunia yang padat penduduk, kebijakan transportasi berkelanjutan menjadi sangat penting. Data dari Hong Kong Transport Department (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 90% perjalanan harian di kota tersebut menggunakan transportasi umum. Meskipun demikian, harga BBM yang tinggi tetap memainkan peran penting dalam mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mempromosikan kendaraan listrik. Ricky Wong, seorang analis pasar di HSBC, memperkirakan bahwa penggunaan kendaraan listrik di Hong Kong akan meningkat hingga 35% dalam lima tahun ke depan, didorong oleh kebijakan pemerintah yang memberikan insentif untuk membeli EV dan biaya BBM yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun