Pasar tenaga kerja modern sering kali ditandai dengan adanya dualitas dalam kontrak kerja, yaitu antara kontrak kerja permanen dan kontrak kerja sementara. Dualitas ini mencerminkan ketidakpastian dalam hubungan kerja dan kebutuhan akan fleksibilitas dari pihak perusahaan. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Jonathan Crechet (2024) dalam Journal of Monetary Economics mengupas model berbagi risiko di pasar tenaga kerja dual dengan menggunakan analisis dinamis kontrak kerja.Â
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana perusahaan dan pekerja, dengan preferensi risiko yang berbeda, memutuskan untuk memilih antara kontrak permanen dan sementara. Dalam lingkungan yang penuh dengan friksi pencarian kerja dan komitmen terbatas, penelitian ini memberikan pandangan yang segar tentang trade-off antara fleksibilitas dan komitmen dalam dunia kerja.
Salah satu temuan utama dalam penelitian ini adalah bahwa kontrak sementara memungkinkan perusahaan untuk memiliki fleksibilitas lebih besar dalam mempekerjakan dan memberhentikan pekerja, tetapi kontrak permanen menawarkan stabilitas lebih bagi pekerja dalam hal penghasilan dan keberlanjutan pekerjaan.Â
Keputusan perusahaan untuk menawarkan kontrak permanen atau sementara sangat bergantung pada kualitas hubungan kerja yang terjalin antara pekerja dan perusahaan, di mana hubungan berkualitas tinggi cenderung berakhir dengan kontrak permanen, sedangkan hubungan berkualitas rendah lebih sering menghasilkan kontrak sementara.
Penelitian ini memiliki relevansi yang luas di berbagai pasar tenaga kerja di dunia. Model ini menyoroti pentingnya memahami peran regulasi pasar tenaga kerja dalam mendorong keseimbangan antara fleksibilitas bagi perusahaan dan perlindungan bagi pekerja.
***
Dalam penelitian ini, model pasar tenaga kerja dual dihadirkan untuk memahami dinamika kontrak permanen dan kontrak sementara dalam konteks berbagi risiko antara pekerja dan perusahaan. Salah satu faktor utama yang diperhatikan adalah *cost of firing* atau biaya pemutusan hubungan kerja, yang menjadi faktor penting dalam keputusan perusahaan untuk menawarkan kontrak permanen atau sementara.Â
Dalam model ini, kontrak permanen disertai dengan biaya pemutusan hubungan kerja yang lebih tinggi, yang justru memberikan bentuk "asuransi" bagi pekerja terhadap risiko penghasilan. Di sisi lain, kontrak sementara menawarkan fleksibilitas yang lebih besar bagi perusahaan, tetapi dengan risiko yang lebih tinggi bagi pekerja terkait ketidakpastian pekerjaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam situasi dengan komitmen terbatas, perusahaan cenderung menggunakan biaya pemutusan hubungan kerja sebagai alat untuk mengikat pekerja dalam hubungan jangka panjang. Dengan menawarkan kontrak permanen, perusahaan memberikan stabilitas kepada pekerja dengan imbalan upah yang sedikit lebih rendah.Â
Namun, dalam kasus di mana kualitas hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan tidak cukup baik, kontrak sementara menjadi pilihan yang lebih rasional. Ini karena fleksibilitas kontrak sementara memungkinkan perusahaan untuk memutus hubungan kerja tanpa biaya tinggi, mengurangi risiko bagi perusahaan ketika produktivitas pekerja menurun atau ketika terjadi perubahan pasar.
Selain itu, penelitian ini menyoroti bagaimana kontrak sementara, dalam beberapa kasus, dapat menggeser keberadaan kontrak permanen tanpa memberikan keuntungan bersih dalam hal penciptaan lapangan kerja.Â
Dalam simulasi model, terbukti bahwa kontrak sementara, meskipun memberikan kemudahan dalam proses perekrutan dan pemberhentian pekerja, tidak selalu berkontribusi pada peningkatan jumlah total pekerjaan. Sebaliknya, sering kali kontrak sementara hanya menggantikan kontrak permanen yang ada, menciptakan ketidakstabilan di pasar tenaga kerja.
Pentingnya fleksibilitas dalam kontrak sementara sangat terasa pada perusahaan dengan produktivitas rendah atau yang beroperasi dalam pasar dengan volatilitas tinggi. Namun, bagi perusahaan yang memiliki hubungan kerja berkualitas tinggi dan stabilitas ekonomi, kontrak permanen masih menjadi pilihan yang lebih optimal karena menawarkan proteksi tambahan bagi pekerja terhadap risiko ekonomi dan fluktuasi pendapatan.Â
Dalam model ini, kualitas hubungan kerja menjadi faktor penentu utama dalam pilihan kontrak yang ditawarkan, di mana kontrak permanen lebih disukai untuk hubungan dengan produktivitas tinggi, sementara kontrak sementara dipilih ketika fleksibilitas lebih diutamakan.
***
Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang peran kontrak permanen dan sementara dalam pasar tenaga kerja dual. Temuan utamanya menunjukkan bahwa fleksibilitas yang ditawarkan oleh kontrak sementara sering kali datang dengan biaya berupa ketidakstabilan bagi pekerja, sementara kontrak permanen menawarkan perlindungan lebih baik tetapi dengan biaya pemutusan hubungan kerja yang lebih tinggi. Bagi perusahaan, keputusan untuk memilih antara kedua jenis kontrak ini sangat bergantung pada kualitas hubungan kerja dan tingkat produktivitas.
Implikasi dari penelitian ini bagi kebijakan adalah pentingnya mendesain regulasi pasar tenaga kerja yang dapat memberikan keseimbangan antara fleksibilitas bisnis dan proteksi bagi pekerja. Kebijakan yang terlalu longgar terhadap kontrak sementara dapat meningkatkan ketidakstabilan pekerjaan tanpa menciptakan lapangan kerja baru. Sebaliknya, regulasi yang lebih seimbang dapat membantu meningkatkan kualitas pekerjaan dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan, dengan tetap mempertahankan fleksibilitas yang diperlukan di dunia usaha.
Referensi
Crechet, J. (2024). Risk sharing in a dual labor market. Journal of Monetary Economics, 145, 103561. https://doi.org/10.1016/j.jmoneco.2024.103561
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H