Ilustrasi opini sebenarnya adalah sebuah gambar karya seni, sesuai ketentuan gambar tersebut tidak bisa ditampilkan di sini. Silakan dilihat pada link yang ada di akhir opini ini.
***
Perenungan ini menghadapkan kita pada sebuah dilema yang merasuk jauh ke dalam lubuk hati seorang pendidik, yang kini berperan dalam dunia serba digital.Â
Dunia di mana hadir tidak lagi memerlukan kehadiran fisik; interaksi tidak lagi memerlukan tatapan mata.Â
Murid-murid yang duduk di balik layar, dengan wajah yang tertutupi oleh nama pengguna dan ikon yang hampa dari ekspresi, membuat kita bertanya: di mana letak nilai kehadiran? Apakah kehadiran tanpa tubuh itu sungguh kehadiran yang nyata?
Seorang guru masa kini seringkali merasakan kehampaan yang menyelimuti ruang kelas virtual.Â
Bukan karena pelajaran tak tersampaikan, bukan pula karena kurikulum tak dapat dijalankan, tetapi karena hilangnya sentuhan manusiawi dalam proses pembelajaran.Â
Dahulu, setiap percakapan, setiap senyuman, bahkan ketukan kapur pada papan tulis mengandung makna.Â
Kini, yang terdengar hanyalah dengungan elektronik dari koneksi internet yang terkadang terganggu, dan interaksi antar manusia tergantikan oleh komunikasi yang disaring oleh teknologi.
Apakah kita tengah mengajar manusia atau mesin? Inilah pertanyaan mendasar yang mencuat dalam benak seorang guru di era digital ini.Â