Tapi, bagaimana kita bisa melakukannya dalam ruang virtual yang tanpa rasa, tanpa kehadiran nyata?
Di sinilah letak dilemanya: Apakah teknologi benar-benar memajukan pendidikan atau justru memisahkan kita dari esensi mendidik itu sendiri?Â
Apakah murid-murid kita masih memandang kita sebagai guru, atau hanya sebatas instruktur di balik layar?Â
Dan lebih penting lagi, apakah kita sebagai pendidik masih mampu melihat manusia di balik layar yang kita pandangi setiap hari, ataukah kita hanya melihat deretan nama-nama tanpa wajah?
Dilema ini mungkin tak terjawab dalam satu kali renungan, tetapi yang jelas, sebagai pendidik, kita tidak bisa mengabaikan bahwa esensi dari mengajar adalah kehadiran, baik secara fisik maupun emosional.Â
Sentuhan manusiawi adalah inti dari pendidikan, dan meskipun teknologi dapat mempermudah banyak hal, itu tidak dapat menggantikan ikatan emosional yang terbentuk di dalam ruang kelas yang nyata.
Referensi
https://www.artmajeur.com/armanohanyan1992/en/artworks/17705314/from-psychiatric-hospital-series
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H