Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Integrasi "Confabulation" dan "Self-Regulation" dalam Pengembangan Kebajikan

9 September 2024   01:00 Diperbarui: 9 September 2024   01:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi integrasi "confabulation" dan "self-regulation". (Freepik/rawpixel.com)

Konstruksi Diri Melalui Confabulation dan Etika Kebajikan

Dalam eksplorasi etika kebajikan, kecenderungan manusia untuk "confabulate", atau memberikan alasan yang dibuat-buat untuk tindakan yang telah dilakukan, sering kali dipandang negatif karena dianggap menjauhkan individu dari pemahaman diri yang autentik. 

Namun, Kathleen Murphy-Hollies (2023) dalam artikelnya "The Know-How of Virtue" menawarkan perspektif yang berbeda yang menunjukkan bagaimana confabulation dapat memainkan peran dalam mengembangkan kebajikan. 

Dia berargumen bahwa confabulation, meskipun sering kali tidak akurat, bisa menjadi sarana bagi individu untuk membangun narasi diri yang positif yang pada akhirnya mendukung pengembangan kebajikan melalui refleksi diri dan penyesuaian perilaku.

Murphy-Hollies memaparkan bahwa perilaku yang dibangun atas dasar kebajikan harus dilandasi oleh motivasi yang benar dan dilaksanakan dengan cara yang tepat. 

Hal ini tidak hanya mencakup tindakan yang keluar dari kebiasaan yang baik, tetapi juga pemahaman mendalam tentang mengapa tindakan tersebut dianggap baik dan penting. 

Di sini, confabulation mungkin terlihat sebagai hambatan karena mengaburkan pemahaman ini dengan alasan yang dibuat-buat. Namun, jika dilihat sebagai proses dinamis dan interaktif, confabulation bisa menjadi alat untuk memahami dan memperbaiki diri sendiri dalam perjalanan mencapai kebajikan sejati.

Dengan demikian, pendekatan Murphy-Hollies mengajak kita untuk melihat confabulation bukan sebagai penghalang murni terhadap kebajikan, tetapi sebagai jembatan yang memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan nilai-nilai yang mereka anut dan secara bertahap menginternalisasi nilai-nilai tersebut ke dalam perilaku sehari-hari. 

Proses ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan regulasi diri, di mana individu belajar untuk menyesuaikan narasi diri mereka dan bergerak lebih dekat menuju ideal kebajikan yang mereka cita-citakan.

Peran Confabulation dalam Pengembangan Kebajikan dan Self-Regulation

Dalam konteks etika kebajikan, confabulation berperan penting dalam pembentukan dan penyesuaian narasi diri yang memungkinkan individu untuk menjembatani kesenjangan antara perilaku nyata dan cita-cita diri yang ideal. 

Murphy-Hollies mengemukakan bahwa meskipun confabulation sering kali dianggap sebagai distorsi kenyataan, ia dapat mengaktifkan proses reflektif yang penting dalam pengembangan diri dan kebajikan. 

Ini menjadi kritis terutama ketika individu berusaha untuk mengatur dan menyelaraskan nilai-nilai yang mereka anut dengan tindakan mereka sehari-hari.

Konsep self-regulation yang diuraikan Murphy-Hollies menjelaskan bagaimana individu menggunakan confabulation tidak hanya untuk melindungi citra diri mereka, tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki diri. 

Dalam proses ini, individu seringkali menemukan diri mereka dalam situasi yang membutuhkan justifikasi tindakan yang telah dilakukan, walaupun alasan yang diberikan mungkin tidak sepenuhnya akurat atau benar. 

Namun, melalui interaksi sosial dan umpan balik, mereka mulai memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang motivasi dan alasan sebenarnya yang mendorong tindakan mereka.

Menariknya, Murphy-Hollies menyatakan bahwa confabulation tidak selalu menghambat pemahaman diri yang autentik atau menghambat perilaku kebajikan. 

Sebaliknya, ia dapat berfungsi sebagai katalis yang memicu penyelidikan diri dan introspeksi yang lebih dalam. 

Hal ini karena confabulation sering kali memaksa individu untuk menghadapi inkonsistensi antara apa yang mereka percayai tentang diri mereka dan realitas perilaku mereka. 

Dengan demikian, ini memperkuat pentingnya self-regulation di mana individu secara aktif bekerja untuk menyelaraskan tindakan mereka dengan nilai-nilai dan aspirasi moral mereka.

Proses self-regulation ini memerlukan keterampilan dan sikap tertentu yang memungkinkan individu untuk fleksibel dan terbuka terhadap perspektif baru, serta menerima kritik dan masukan dari orang lain. 

Kemampuan untuk mengatur diri ini penting tidak hanya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan atau distorsi dalam penilaian diri, tetapi juga dalam mengarahkan perubahan perilaku yang positif yang mendukung praktik kebajikan yang konsisten.

Pada akhirnya, Murphy-Hollies menekankan bahwa kebajikan sejati tidak hanya terletak pada tindakan yang dilakukan tetapi juga pada motivasi dan pemahaman yang mendalam mengenai alasan di balik tindakan tersebut. 

Confabulation, meskipun pada awalnya terlihat sebagai penghalang, dapat menjadi alat penting dalam perjalanan menuju kebajikan yang otentik, sepanjang digunakan dengan cara yang mempromosikan refleksi diri dan pertumbuhan moral.

Implikasi Confabulation dalam Praktik Kebajikan Sehari-hari

Kathleen Murphy-Hollies dalam artikelnya menekankan bahwa confabulation, meskipun sering kali dipandang sebagai distorsi realitas, dapat memainkan peran penting dalam pengembangan kebajikan jika digunakan dalam konteks self-regulation yang efektif.

Proses ini mengajarkan kita bahwa pertumbuhan moral dan kebajikan tidak selalu berjalan lurus dan sempurna, tetapi sering kali melibatkan penyesuaian dan pembelajaran dari kesalahan.

Dengan mengakui dan memanfaatkan confabulation sebagai bagian dari dinamika pembelajaran diri, individu dapat lebih proaktif dalam mengelola dan menyelaraskan perilaku mereka dengan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi. 

Ini menunjukkan bahwa jalan menuju kebajikan sejati sering kali memerlukan introspeksi dan penyesuaian yang berkelanjutan, di mana individu secara aktif bekerja untuk memperbaiki kesalahan dan memperkuat karakter moral mereka.

Oleh karena itu, memahami dan menerapkan konsep confabulation dan self-regulation dengan bijaksana dapat memberikan momentum bagi individu untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih bijak dan bermoral dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Referensi

Murphy-Hollies, K. (2024). The Know-How of Virtue. Journal of Applied Philosophy, 41(3), 531-544. https://doi.org/10.1111/japp.12704

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun