Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Literasi Keuangan dan Kesenjangan Gender

7 September 2024   00:37 Diperbarui: 7 September 2024   00:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi keuangan dan kesenjangan gender. (Freepik/rawpixel.com)

Literasi keuangan di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin meningkat saat ini, bukan hanya menjadi kebutuhan dasar tetapi juga syarat mutlak untuk bertahan hidup dalam perekonomian modern. 

Penelitian yang dilakukan oleh Leora Klapper dan Annamaria Lusardi, dipublikasikan pada tahun 2019 dalam jurnal Financial Management dengan judul "Financial literacy and financial resilience: Evidence from around the world", mengungkap fakta penting tentang kondisi literasi keuangan di berbagai belahan dunia. 

Menurut mereka, hanya satu dari tiga orang dewasa yang memiliki literasi keuangan memadai. 

Hal ini menunjukkan gap yang signifikan dan tantangan yang perlu dihadapi oleh berbagai negara dalam meningkatkan pemahaman keuangan di kalangan masyarakatnya.

Menariknya, studi ini juga menemukan bahwa literasi keuangan tidak hanya rendah di negara berkembang tetapi juga di negara dengan pasar keuangan yang sudah matang. 

Fakta ini menjadi ironis, mengingat kompleksitas produk keuangan yang terus bertambah menuntut pemahaman yang lebih baik dari penggunanya. 

Mereka yang tidak memiliki pengetahuan keuangan dasar terancam terjebak dalam produk keuangan yang tidak sesuai atau berisiko tinggi, yang pada akhirnya bisa mengancam stabilitas keuangan mereka.

Lebih lanjut, perbedaan literasi keuangan antar demografi, seperti gender dan latar belakang pendidikan, menciptakan ketidaksetaraan dalam mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan. 

Misalnya, penelitian tersebut menemukan bahwa wanita dan individu dengan pendidikan lebih rendah cenderung memiliki literasi keuangan yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih berpendidikan atau laki-laki. 

Ini menunjukkan kebutuhan yang mendesak akan intervensi yang dirancang khusus untuk menargetkan kelompok-kelompok yang paling rentan.

Pentingnya literasi keuangan ini mendorong diskusi yang lebih luas tentang bagaimana negara dan lembaga keuangan dapat berkolaborasi untuk membangun ekosistem yang mendukung peningkatan kapasitas literasi keuangan bagi semua lapisan masyarakat.

***

Literasi keuangan memiliki peran krusial dalam membentuk keberlanjutan ekonomi individu dan stabilitas sistem keuangan global. 

Menurut penelitian Klapper dan Lusardi ini, hanya sekitar 33% orang dewasa di seluruh dunia yang memenuhi kriteria sebagai finansial literat, yang menguasai minimal tiga dari empat konsep keuangan dasar.

Ini merupakan sebuah angka yang mencemaskan mengingat semakin kompleksnya produk keuangan yang tersedia di pasaran. 

Kesenjangan ini menunjukkan potensi risiko yang besar, baik bagi konsumen maupun bagi keseluruhan sistem keuangan.

Dalam konteks global, distribusi literasi keuangan tidak merata, di mana negara dengan pasar keuangan yang lebih maju cenderung memiliki tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi. 

Namun, bahkan di antara negara-negara maju tersebut, terdapat variabilitas yang signifikan.

Sebagai contoh, berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2014, sekitar 65% atau lebih dari dewasa di negara-negara seperti Australia, Kanada, dan Jerman dianggap finansial literat. 

Di sisi lain, di negara-negara berkembang, terutama di Asia Selatan, angka literasi keuangan bisa serendah 25%.

Peran pendidikan dalam mempromosikan literasi keuangan tidak bisa diabaikan. 

Data menunjukkan bahwa individu dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pemahaman finansial yang lebih baik. 

Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang aksesibilitas pendidikan yang berkualitas dan inklusif yang dapat mengakomodasi pengetahuan finansial sebagai bagian dari kurikulum. 

Di banyak negara berkembang, akses terhadap pendidikan yang memadai masih menjadi tantangan, yang berdampak langsung pada tingkat literasi keuangan.

Selain itu, perbedaan literasi keuangan antar gender juga sangat nyata, di mana wanita secara konsisten menunjukkan tingkat literasi keuangan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. 

Ini tidak hanya menggambarkan hambatan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh wanita, tetapi juga menyoroti kebutuhan akan program literasi keuangan yang lebih inklusif dan sensitif gender. 

Pemberdayaan wanita melalui pendidikan keuangan dapat menjadi kunci penting dalam mengurangi kesenjangan ekonomi dan memperkuat peran mereka dalam ekonomi.

Dari segi kebijakan, peningkatan literasi keuangan harus menjadi agenda prioritas bagi pembuat kebijakan. 

Melalui kombinasi regulasi yang tepat dan inisiatif pendidikan, pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mengurangi risiko keuangan bagi konsumen dan meningkatkan kestabilan ekonomi. 

Penelitian oleh Klapper dan Lusardi ini, menunjukkan hubungan positif antara pengetahuan finansial dan keputusan keuangan yang lebih efektif dan aman, menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan literasi keuangan adalah investasi dalam stabilitas ekonomi jangka panjang.

***

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Klapper dan Lusardi ini, menegaskan urgensi peningkatan literasi keuangan sebagai fondasi dari keamanan finansial individu dan integritas sistem keuangan secara global. 

Melalui data dan analisis yang komprehensif, penelitian ini menunjukkan bahwa literasi keuangan tidak hanya meningkatkan kemampuan individu dalam mengelola keuangan pribadi, tetapi juga meminimalisir risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Dalam konteks ini, peran serta aktif dari pemerintah dan lembaga pendidikan dalam memformulasikan dan menerapkan kurikulum yang memadai untuk pendidikan keuangan menjadi kritikal. 

Pendidikan literasi keuangan yang efektif haruslah mencakup pengenalan terhadap produk keuangan dasar, pemahaman tentang risiko dan manajemen utang, serta strategi pengelolaan keuangan yang prudent.

Oleh karena itu, pengintegrasian literasi keuangan ke dalam sistem pendidikan nasional dan inisiatif publik lainnya harus menjadi prioritas utama. 

Keterlibatan sektor swasta dan kerja sama internasional juga sangat dibutuhkan untuk mendukung inisiatif literasi keuangan, terutama di negara-negara berkembang. 

Melalui upaya bersama ini, kita dapat berharap untuk menciptakan generasi yang lebih berpengetahuan finansial, yang tidak hanya mampu membuat keputusan keuangan yang bijaksana untuk diri sendiri tetapi juga berkontribusi pada kestabilan ekonomi global yang lebih luas.

Referensi

Klapper, L., & Lusardi, A. (2019). Financial literacy and financial resilience: Evidence from around the world. Financial Management, 49(3), 589--614. https://doi.org/10.1111/fima.12283

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun