Ini memberikan kita sebuah lensa untuk melihat kehidupan sebagai proses transformasi yang terus-menerus, di mana tujuan akhir dari suatu perjalanan sebenarnya adalah titik awal untuk perjalanan berikutnya.
Lebih lanjut, ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan dan penghargaan terhadap setiap momen.
Jika kita menganggap bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, maka kita lebih cenderung untuk menghargai setiap pengalaman, belajar dari kesalahan, dan terus berkembang, sebab kita tahu bahwa akhir dari satu fase adalah kesempatan untuk memulai yang lebih baik.
Dalam kehidupan pribadi, filosofi ini bisa menjadi sangat berarti. Kita sering kali takut akan akhir, seperti kematian, kegagalan, atau penolakan.Â
Namun, jika kita memahami bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, kita dapat lebih mudah menerima perubahan dan kesudahan sebagai bagian alami dari kehidupan.Â
Ini bukan hanya tentang optimisme, tetapi tentang pemahaman mendalam akan alam semesta dan tempat kita di dalamnya.
Kesimpulannya, pandangan Habibie tentang 'berawal dari yang akhir, berakhir dari yang awal' adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang alam semesta, waktu, dan eksistensi kita.Â
Ini adalah pengingat bahwa dalam siklus kehidupan, tiada yang benar-benar berakhir, dan tiada yang benar-benar dimulai, melainkan semuanya adalah transformasi yang abadi.Â
Seperti yang diungkapkan T.S. Eliot, "akhir dari semua penjelajahan kita adalah untuk tiba di tempat kita berangkat dan mengetahui tempat tersebut untuk pertama kalinya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H