Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Hambatan dalam Pendidikan STEM untuk Siswa Berkebutuhan Khusus

25 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 25 Agustus 2024   21:00 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hambatan pendidikan STEM untuk siswa berkebutuhan khusus. (Sumber: Freepik.com)

Pendidikan STEM yang humanistik dan inklusif tidak hanya merupakan kebutuhan tetapi juga suatu kewajiban moral dalam era yang mengedepankan keberagaman dan inklusi. 

Perspektif ini semakin relevan ketika mempertimbangkan tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh siswa berkebutuhan khusus dalam lingkungan pendidikan yang sering kali didominasi oleh paradigma yang kaku dan eksklusif.

Pendidikan STEM yang inklusif harus memperluas definisi keberhasilan dan pencapaian akademik untuk mencakup berbagai cara belajar dan berinteraksi dengan materi pelajaran. 

Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar untuk siswa berkebutuhan khusus tetapi juga untuk seluruh komunitas belajar, mengingat setiap individu memiliki cara belajar yang unik.

Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang berfokus pada kekuatan dan minat siswa, bukan hanya keterbatasan mereka, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. 

Ini berarti lembaga pendidikan harus menyediakan sumber daya yang memadai dan pelatihan bagi para pendidik untuk menerapkan metode pembelajaran yang beragam dan adaptif, yang tidak hanya mendukung siswa berkebutuhan khusus tetapi juga merangkul keunikan setiap siswa.

Selain itu, kolaborasi antara siswa dengan dan tanpa kebutuhan khusus dalam proyek dan aktivitas grup dapat mempromosikan pemahaman dan empati, mengurangi stigma, dan memperkuat komunitas belajar yang mendukung. 

Lingkungan yang inklusif seperti ini bukan hanya memperkaya pengalaman belajar tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting seperti keberagaman, inklusi, dan keadilan sosial.

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam mengintegrasikan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dengan tuntutan kurikulum yang sering kali rigid. 

Oleh karena itu, penting bagi para peneliti dan praktisi pendidikan untuk terus mendorong batas-batas pengetahuan kita tentang cara terbaik mengajar dan belajar dalam pendidikan STEM. 

Mereka harus mengeksplorasi dan menerapkan strategi yang tidak hanya menghilangkan hambatan fisik tetapi juga hambatan persepsi dan ekspektasi terhadap siswa berkebutuhan khusus.

Dengan demikian, pendidikan STEM yang humanistik dan inklusif tidak hanya memperluas akses tetapi juga memperkaya cara kita semua memikirkan dan melibatkan diri dengan sains dan teknologi. 

Ini membuka jalan bagi masa depan di mana setiap siswa, tidak peduli latar belakang atau kebutuhan khusus mereka, dapat berkontribusi pada dan memanfaatkan sepenuhnya dari kekayaan ilmu pengetahuan dan inovasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun