Konsumen menggunakan produk untuk mengekspresikan diri dan identitas mereka.Â
Oleh karena itu, ketika produk yang dipromosikan sesuai dengan citra diri atau citra ideal konsumen, mereka akan lebih cenderung memiliki sikap positif terhadap produk tersebut.Â
Sikap positif ini kemudian akan berdampak pada niat mereka untuk membeli dan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain.
Dari sudut pandang bisnis digital, penting untuk memahami bahwa influencer bukan hanya sekedar alat untuk menjangkau audiens yang lebih luas, tetapi juga merupakan cerminan dari merek yang mereka promosikan.Â
Oleh karena itu, dalam memilih influencer, merek harus mempertimbangkan kesesuaian antara citra influencer, produk yang dipromosikan, dan target audiens.
Influencer yang tidak sesuai dengan nilai atau gaya produk dapat memberikan dampak negatif, bahkan jika mereka memiliki jumlah pengikut yang besar.
Dalam konteks ini, pelaku bisnis digital harus lebih berhati-hati dalam merancang iklan pemasaran influencer.Â
Mereka harus memastikan bahwa influencer yang dipilih memiliki kongruensi yang tinggi dengan produk dan audiens target mereka.Â
Selain itu, influencer juga harus selektif dalam menerima kerja sama dengan merek, memastikan bahwa produk yang mereka promosikan sesuai dengan citra dan gaya mereka.Â
Hanya dengan pendekatan yang tepat, kongruensi antara influencer, produk, dan konsumen dapat tercapai, yang pada akhirnya akan menghasilkan kampanye pemasaran yang lebih efektif dan berdampak positif terhadap perilaku konsumen.
Dengan memahami dan menerapkan konsep kongruensi ini, pelaku bisnis digital dapat meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran influencer mereka, sehingga tidak hanya menarik perhatian konsumen, tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat antara merek dan audiens.