Mimpi Seorang Pengusaha yang Gagal
Arnold Bacon adalah seorang manajer cabang bank Barclays di St. Albans, Hertfordshire, yang merasa dirinya lebih pantas menjadi seorang pengusaha daripada seorang bankir. Ia sering kali membayangkan betapa suksesnya ia jika tidak mengikuti nasihat ayahnya untuk bekerja di bank. Arnold menghabiskan sebagian besar waktunya di lapangan golf, merenungkan keputusan karirnya dan berangan-angan tentang kehidupan yang seharusnya ia jalani.Â
Istrinya, Deirdre Bacon, telah menerima kenyataan bahwa suaminya adalah seseorang yang terlalu setia pada kebiasaan lamanya untuk berubah. Meskipun begitu, Arnold tetap berusaha untuk menghidupkan kembali mimpi-mimpi yang tak pernah terwujud itu.
Mereka telah menikah selama dua puluh lima tahun, dan Arnold sering berjanji akan melakukan sesuatu yang "istimewa" untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka. Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, Arnold memutuskan untuk mengajak Deirdre berlayar mengelilingi Kepulauan Yunani selama tujuh hari di atas kapal pesiar *Princess Corina*. Meski Deirdre lebih memilih kembali ke Costa del Sol dan menggunakan uangnya untuk membeli perangkat makan malam baru, ia akhirnya setuju mengikuti keinginan suaminya.
Perjalanan dimulai dengan keberangkatan dari Heathrow menuju Athena, dan langsung disusul dengan berbagai keluhan Arnold tentang segala hal, mulai dari kualitas makanan hingga kondisi transportasi yang mereka gunakan. Setibanya di kapal, Arnold merasa kecewa karena kapal tersebut tidak sebesar atau semewah yang ia bayangkan. Namun, meskipun kondisi tidak sesuai harapan, Arnold tetap berusaha menikmati perjalanan dengan berkenalan dengan sesama penumpang dan berbagi pandangan tentang bagaimana ia seharusnya menjadi seorang pengusaha sukses, bukan seorang bankir.
Petualangan Mencari Perangkat Makan
Perjalanan Arnold dan Deirdre berlanjut saat mereka berlayar mengunjungi beberapa pulau di Yunani. Di setiap pelabuhan, Deirdre, dengan tekad kuat, berburu perangkat makan yang telah lama ia idamkan, sementara Arnold sibuk membandingkan harga dan mencari cara untuk menghemat uang mereka. Deirdre menemukan banyak perangkat makan yang menarik di berbagai toko, tetapi Arnold selalu menunda pembelian dengan alasan bahwa harga akan lebih murah jika mereka menunggu sampai mereka mencapai pelabuhan terakhir. Dia yakin dengan keyakinannya bahwa menunda pembelian akan memberi mereka penawaran yang lebih baik, meskipun Deirdre mulai curiga bahwa harga justru naik setiap kali mereka mendekati tujuan akhir.
Arnold merasa bangga dengan perannya sebagai "pengusaha" dalam perjalanan ini. Ia menghabiskan banyak waktu dengan penumpang lain di kapal, seperti Malcolm, seorang pengacara, dan Mayor dari Cadangan Teritorial Inggris. Arnold dengan antusias berbagi ide-ide tentang bagaimana dia akan menjalankan kapal pesiar ini jika dia menjadi pemiliknya.Â
Meskipun kata-kata Arnold mulai terdengar membosankan bagi mereka yang sering mendengarnya, mereka tetap mendengarkan dengan sopan. Sementara itu, Deirdre semakin cemas melihat harga perangkat makan yang terus naik dan takut kehilangan kesempatan untuk mendapatkan perangkat yang ia inginkan.
Ketika mereka akhirnya tiba di Mykonos, Deirdre menemukan toko yang terkenal dengan keramiknya, House of Ptros, dan menemukan perangkat makan "Delphi" yang mewah dan elegan. Namun, harga perangkat ini jauh lebih tinggi dari yang pernah ia temui di pulau-pulau sebelumnya.Â
Arnold, meski terkesan dengan toko ini, tetap teguh dengan keyakinannya untuk menawar dan menghemat uang mereka. Deirdre hanya bisa berharap bahwa keputusannya untuk mengikuti saran Arnold tidak akan membuat mereka kehilangan kesempatan untuk membawa pulang perangkat makan impiannya.
Kesempatan yang Terlewatkan
Saat Arnold bersiap untuk membayar perangkat makan yang telah dipilih Deirdre, seorang pemuda Yunani yang tampak lusuh menghampirinya dan menawarkan informasi tentang toko keramik di desa Kalafatis yang menjual barang-barang dengan setengah harga.Â
Arnold, sebagai seorang yang menganggap dirinya pengusaha sejati, tertarik dengan tawaran ini. Ia meyakinkan Deirdre dan teman-temannya untuk meninggalkan perangkat makan yang sudah dipilih dan pergi ke Kalafatis dengan harapan mendapatkan harga yang lebih baik.
Perjalanan menuju desa tersebut memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, dan kondisi bus yang mereka tumpangi jauh dari nyaman. Setibanya di Kalafatis, mereka menemukan toko keramik yang terlihat menjanjikan.Â
Deirdre segera menemukan perangkat makan "Delphi" yang sama, namun ia kecewa saat mengetahui bahwa harganya hanya sedikit lebih murah daripada di House of Ptros. Meski begitu, Arnold, dengan rasa bangga yang besar, mendorongnya untuk membeli perangkat tersebut, meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa perjalanan ini telah berhasil menghemat banyak uang.
Setelah berbelanja, mereka buru-buru kembali ke Mykonos untuk mengejar kapal. Dalam perjalanan kembali, Deirdre melihat pemuda yang sebelumnya memberi mereka informasi tentang Kalafatis, sekarang sedang memberikan amplop kepada para pekerja toko di Kalafatis, yang ternyata adalah bagian dari rencana untuk memikat turis seperti mereka. Saat bus mulai bergerak, pemuda tersebut tersenyum dan melambaikan tangan kepada Deirdre, seolah-olah mengejek keputusan mereka.
Arnold, tak menyadari bahwa mereka mungkin telah ditipu, terus berbicara tentang betapa bijaksananya keputusan bisnisnya, mengabaikan kenyataan bahwa mereka telah kehilangan kesempatan untuk membeli perangkat makan yang sebenarnya lebih diinginkan Deirdre di toko sebelumnya. Deirdre hanya bisa tersenyum pahit, menyadari bahwa dalam keinginan Arnold untuk menjadi pengusaha, mereka telah kehilangan sesuatu yang lebih berharga---kemampuan untuk mengenali nilai sejati dari pilihan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H