Arnold, sebagai seorang yang menganggap dirinya pengusaha sejati, tertarik dengan tawaran ini. Ia meyakinkan Deirdre dan teman-temannya untuk meninggalkan perangkat makan yang sudah dipilih dan pergi ke Kalafatis dengan harapan mendapatkan harga yang lebih baik.
Perjalanan menuju desa tersebut memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, dan kondisi bus yang mereka tumpangi jauh dari nyaman. Setibanya di Kalafatis, mereka menemukan toko keramik yang terlihat menjanjikan.Â
Deirdre segera menemukan perangkat makan "Delphi" yang sama, namun ia kecewa saat mengetahui bahwa harganya hanya sedikit lebih murah daripada di House of Ptros. Meski begitu, Arnold, dengan rasa bangga yang besar, mendorongnya untuk membeli perangkat tersebut, meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa perjalanan ini telah berhasil menghemat banyak uang.
Setelah berbelanja, mereka buru-buru kembali ke Mykonos untuk mengejar kapal. Dalam perjalanan kembali, Deirdre melihat pemuda yang sebelumnya memberi mereka informasi tentang Kalafatis, sekarang sedang memberikan amplop kepada para pekerja toko di Kalafatis, yang ternyata adalah bagian dari rencana untuk memikat turis seperti mereka. Saat bus mulai bergerak, pemuda tersebut tersenyum dan melambaikan tangan kepada Deirdre, seolah-olah mengejek keputusan mereka.
Arnold, tak menyadari bahwa mereka mungkin telah ditipu, terus berbicara tentang betapa bijaksananya keputusan bisnisnya, mengabaikan kenyataan bahwa mereka telah kehilangan kesempatan untuk membeli perangkat makan yang sebenarnya lebih diinginkan Deirdre di toko sebelumnya. Deirdre hanya bisa tersenyum pahit, menyadari bahwa dalam keinginan Arnold untuk menjadi pengusaha, mereka telah kehilangan sesuatu yang lebih berharga---kemampuan untuk mengenali nilai sejati dari pilihan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H