Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis untuk Menulis Saja, Bukankah itu Menjenuhkan?

30 Juli 2024   05:56 Diperbarui: 30 Juli 2024   06:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berani beda, berani bermakna. (Sumber: Freepik/pressfoto)

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh informasi ini, linimasa kita sering kali dijejali dengan artikel-artikel yang bercerita tentang bagaimana cara menulis. 

"Menulis itu mudah," kata mereka. 

"Menulis setiap hari," usul lainnya. 

Seolah-olah menulis hanyalah kegiatan mengisi waktu luang tanpa harus memikirkan bobot dan isi yang berarti.

Sungguh, fenomena ini seperti makanan yang hanya enak dilihat tapi tanpa cita rasa. 

Dengan penuh semangat, beberapa penulis di media online terus mengulang-ulang mantra yang sama. 

Mereka ini, seakan pelari maraton yang lari di tempat; banyak keringat, tapi pemandangan tak pernah berubah.

Sebut saja Bapak Penulis X, dengan gayanya yang khas, selalu menekankan betapa pentingnya menulis setiap hari. 

Artikel demi artikel diproduksi dengan formula serupa: 70% mengajar cara menulis, 30% menyisipkan kata-kata motivasi yang jika disusun ulang, tidak lebih dari sekedar buku catatan pelajar yang berisi kutipan motivasi umum.

Di era di mana konten adalah raja, ironisnya banyak dari kita yang menjadi saksi betapa kerajaan tersebut dikelola oleh para penjaga yang hanya sibuk memperbaiki benteng tanpa memperhatikan isi istana. 

Apakah pembaca masa kini hanya perlu tips menulis yang diulang-ulang tanpa dibekali dengan contoh tulisan yang memiliki isi?

Para penulis, marilah kita mulai menulis dengan hati.

Ingatlah bahwa tulisan kita bukan hanya catatan di tepi jalan yang dibaca sambil lalu, melainkan mungkin bisa jadi jendela ilmu atau hiburan yang ditunggu. 

Bukankah akan lebih berarti jika setiap artikel tidak hanya sekadar mengajak orang untuk menulis, tapi juga memberi mereka alasan mengapa mereka perlu membaca apa yang kita tulis?

Menulis bukanlah hanya soal output, tapi tentang impact. 

Mari kita buktikan bahwa pena memang lebih tajam dari pedang, bukan hanya dalam menggoreskan tinta, tapi juga dalam meninggalkan bekas. 

Ayo berikan mereka tulisan yang berbobot, yang memancing tawa, meneteskan air mata, atau setidaknya, membuat mereka berpikir, bukan hanya mengangguk lemas sambil scrolling ke artikel selanjutnya.

Inilah tantangan kita, para penulis di era digital: berani berbeda, berani bermakna. 

Mari kita tulis dengan tujuan, bukan hanya untuk tuntutan 'like' dan 'share'. 

Karena, pada akhirnya, apa yang kita tulis adalah cerminan dari apa yang kita pikirkan dan, yang lebih penting, apa yang kita rasakan. 

Selamat menulis, semoga tidak hanya di atas kertas, tetapi juga di hati pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun