Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menata Ulang Realitas: Bagaimana Simbol Sosial Membentuk Identitas Kita

28 Juni 2024   06:15 Diperbarui: 28 Juni 2024   14:25 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Simbol sosial membentuk identitas kita. (Threads.net/@gayan95_ranasinghe)

Penggunaan patung dalam karikatur yang kita analisis tidak hanya merefleksikan perubahan dalam persepsi identitas, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana budaya dapat berfungsi sebagai arena untuk perubahan sosial. 

Antropologi, sebagai studi tentang manusia dan budaya, menawarkan kerangka kerja yang berguna untuk memahami dinamika ini. Clifford Geertz, dalam teorinya mengenai interpretasi budaya, menyarankan bahwa manusia adalah penafsir yang terus-menerus mencari makna dari simbol-simbol budaya yang dibentuk dan dibagi dalam masyarakat mereka.

Dalam konteks karikatur, pahatan yang dibuat oleh tikus dan gajah berfungsi sebagai simbol budaya yang menantang norma sosial dan harapan. Patung tikus yang besar dan patung gajah yang kecil menunjukkan bagaimana budaya---melalui seni dan simbolisme---dapat digunakan untuk membalikkan harapan konvensional dan menawarkan perspektif baru tentang kekuatan dan peran dalam masyarakat. 

Ini sejalan dengan pandangan Geertz bahwa manusia menggunakan simbol budaya untuk "bermain" dengan realitas mereka; dalam hal ini, patung menjadi medium untuk eksplorasi dan ekspresi identitas yang tidak terbatas oleh konstruksi sosial yang ada.

Selain itu, proses memahat patung oleh kedua karakter dapat dilihat sebagai bentuk dari apa yang Geertz sebut sebagai "teater sosial" di mana individu dan kelompok dalam masyarakat mengambil peran tertentu yang sering kali ditetapkan oleh norma budaya tetapi juga dapat ditantang dan diubah. 

Tikus dan gajah, melalui kegiatan mereka, berpartisipasi dalam dialog sosial ini, mengajukan pertanyaan tentang siapa yang berhak untuk mewakili atau diwakili dalam skala besar.

Teori ini juga mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mengubah cara mereka dilihat oleh masyarakat melalui ekspresi budaya. Transformasi patung dalam karikatur menunjukkan bahwa perubahan persepsi sosial dapat terjadi ketika individu mengambil inisiatif untuk mengekspresikan diri mereka dalam bentuk yang menantang harapan yang ada. Ini adalah demonstrasi penting dari kekuatan agen individu dalam mengubah narasi budaya yang lebih besar.

Secara keseluruhan, perubahan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang identitas dan kekuatan, tetapi juga menyoroti peran vital yang dimainkan oleh budaya sebagai medan kontestasi dan perubahan. Dengan memperluas wawasan kita tentang bagaimana identitas dapat dibentuk dan dibentuk kembali, karikatur ini menawarkan pelajaran yang berharga tentang fleksibilitas budaya dan potensi transformasinya dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan dinamis. 

Ini menunjukkan bahwa seni, sebagai salah satu ekspresi budaya, memiliki kekuatan yang tidak hanya merefleksikan realitas tetapi juga merekonstruksi dan mengubahnya.

Refleksi Filosofis tentang Ukuran dan Kekuatan

Karikatur tikus dan gajah yang memahat patung satu sama lain dalam ukuran yang berlawanan memperkaya diskusi kita dengan dimensi filosofis yang mendalam. 

Dalam hal ini, filsafat menawarkan wawasan tentang pertanyaan dasar keberadaan dan nilai: Apa yang menentukan 'besar' dan 'kecil'? Dan bagaimana konsep-konsep ini memengaruhi pemahaman kita tentang kekuatan dan status? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun