Tetapi, apakah ART akan diterima oleh masyarakat setempat atau tidak masih menjadi pertanyaan yang harus dijawab melalui pengujian dan evaluasi lebih lanjut.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, pertanyaan mengenai apakah ART dapat dianggap sebagai solusi universal untuk semua daerah di Indonesia menjadi topik yang kompleks.Â
Kita harus mempertimbangkan keunikan dari setiap daerah serta kesiapan infrastruktur dan sosial masyarakatnya dalam menerima perubahan menuju sistem transportasi modern yang lebih berkelanjutan.
Evaluasi Lebih Lanjut Mengenai ART sebagai Solusi Transportasi
Meneruskan evaluasi Autonomous Rail Rapid Transit (ART), pertimbangan terhadap kemungkinan keberhasilannya di Indonesia membutuhkan analisis yang mendalam mengenai aspek teknologi, biaya, dan sosial.Â
Di beberapa negara, seperti di Abu Dhabi, ART tidak hanya sebagai uji coba tetapi juga sebagai bagian dari sistem transportasi yang lebih luas yang mencakup berbagai jenis kendaraan otonom.Â
Pengalaman dari Abu Dhabi menunjukkan bahwa integrasi ART dengan infrastruktur kota yang ada dan sistem transportasi lainnya adalah kunci untuk mencapai hasil yang optimal.
Di China, keberhasilan ART di kota-kota seperti Zhuzhou dan Xi'an telah mendorong perluasan lebih lanjut.Â
Xi'an, misalnya, telah mengoperasikan ART di area pengembangan baru, mencoba menarik perhatian baik penduduk lokal maupun pengunjung dengan layanan yang efisien dan biaya operasional yang lebih rendah.Â
Namun, di Sarawak, Malaysia, implementasi ART masih dalam tahap uji coba dengan kendaraan yang ditenagai hidrogen, menunjukkan potensi inovasi selanjutnya dalam teknologi ART.
Namun, kendala juga muncul. Seperti di Kuching, kekhawatiran tentang kesesuaian ART dengan kebutuhan mobilitas lokal dan persaingan dengan moda transportasi lain perlu diatasi.Â