Sari membuka mata dan melihat seorang gadis kecil yang sedang bermain layang-layang. Tawa anak itu, yang bebas dan tanpa beban, mengingatkannya pada kepolosan dan kemurnian yang sering terlupakan oleh orang dewasa. Sari tersenyum, merasa terhubung kembali dengan bagian dari dirinya yang juga ingin merasa bebas dan bahagia.
***
Hari-hari berikutnya menjadi periode introspeksi dan transformasi bagi Sari. Ia mulai menerapkan pelajaran dari buku tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Menghadapi pekerjaan dan interaksi sosial dengan sikap baru, Sari menemukan bahwa kebahagiaan yang sejati memang harus berasal dari dalam diri sendiri, bukan dari pengakuan atau persetujuan orang lain.
Ketika berjalan ke kantor setiap pagi, Sari kini meluangkan waktu untuk mengamati lingkungan sekitarnya---warna-warni bunga yang mekar, senyum tukang sapu jalan, dan kehangatan matahari pagi. Segala hal kecil yang dulunya terabaikan, kini menjadi sumber kegembiraan dan apresiasi. Sari mulai mengerti bahwa setiap hari menawarkan keajaiban sendiri, jika ia memilih untuk melihatnya.
Ketekunan dalam mengeksplorasi kedalaman diri juga membawa Sari ke hobi baru: melukis. Setiap pukul, ia menghabiskan waktu di depan kanvas, melukis apa yang dia rasakan dan lihat. Proses kreatif ini tidak hanya menjadi saluran ekspresi emosi, tetapi juga meditasi yang menenangkan pikiran. Lukisan-lukisannya---penuh warna dan emosi---berbicara tentang perjalanan yang telah dijalani, tentang kesedihan yang berubah menjadi kekuatan, dan kesendirian yang berubah menjadi kepuasan.
Suatu sore, saat ia sedang asyik melukis di balkon apartemennya, tetangganya, seorang pria paruh baya yang sering melihatnya dari kejauhan, mendekat dan memuji keindahan lukisannya. Percakapan ringan mereka berkembang menjadi diskusi tentang seni dan kehidupan. Sari menemukan bahwa berbagi kisah dan pandangan dengan orang lain menambah dimensi baru pada kebahagiaannya---ia tidak hanya belajar menerima diri sendiri, tetapi juga membuka diri terhadap dunia.
Dalam perjalanannya yang penuh warna, Sari kini mengetahui bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan serangkaian pilihan yang dibuat setiap hari. Dengan buku Dewi selalu berada di raknya, sebuah pengingat bahwa ia adalah pencipta kebahagiaan dalam hidupnya, Sari merasa siap menghadapi apa pun dengan senyum dan hati yang terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H