Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jejak Masa Lalu

28 April 2024   08:10 Diperbarui: 28 April 2024   08:19 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jejak masa lalu. (Freepik.com)

Di ruang kerja yang penuh dengan tumpukan buku dan kertas, Supri menatap lekat-lekat buku catatan tua yang baru saja ditemukannya di antara barang-barang peninggalan ibunya. Ditemani secangkir kopi tubruk, ia membuka halaman demi halaman dengan hati-hati.

"Dik, lihat ini, aku nemu buku silsilah keluarga kita!" seru Supri kepada adiknya, Sari, yang baru saja masuk dengan membawa piring berisi pisang goreng.

Sari mendekat, matanya berbinar. "Wow, dari mana itu? Kok aku nggak pernah lihat?" tanyanya sambil mencomot satu pisang goreng.

"Dari almari ibu, tersembunyi di balik baju-baju tua. Ada cerita menarik nih," Supri berkata sambil menunjukkan halaman yang sudah menguning.

"Ada apa?" Sari meneguk kopinya, matanya masih tertuju pada buku itu.

"Kata ini bilang ada 'anak yang hilang' di generasi kakek kita. Misterius kan? Kita nggak pernah dengar cerita soal itu dari ibu."

Sari tertawa kecil. "Mungkin itu kode rahasia kakek buat simpanan harta karun, bro. Coba cek di belakang rumah, siapa tahu ada emas terpendam!" godanya sambil tersenyum lebar.

Supri memutar matanya. "Ini serius, Dik. Aku penasaran, siapa tahu ada kisah keluarga yang bisa jadi materi penelitianku selanjutnya."

"Jadi, mau ngapain? Pergi ke kampung halaman kakek di Lampung itu?" Sari bertanya, tampak tertarik.

Supri mengangguk mantap. "Yuk, akhir pekan ini. Bisa jadi petualangan kita. Siapa tahu kita malah ketemu kerabat yang nggak pernah kita tahu sebelumnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun