***
Pagi itu, tim Arya berada di Pulau Bali, di situs purbakala di dekat Gunung Agung. Menyusuri reruntuhan pura kuno, mereka mencari tautan antara artefak Majapahit dengan peradaban lain di Nusantara.
"Kenapa sih kita ke Bali, Prof? Jangan-jangan cuma mau liburan, ya?" goda Ayu, sambil memeriksa peta digital di tablet yang mereka bawa.
"Bali adalah kunci penting, Ayu," jawab Arya sambil tersenyum. "Kita tahu Bali memiliki hubungan erat dengan Majapahit. Mungkin ada petunjuk lebih lanjut di sini tentang teknologi mereka."
Sari, yang sejak pagi asyik membaca manuskrip lama, tiba-tiba bersemangat. "Prof, saya menemukan sesuatu! Ada catatan tentang 'Nvikendra', itu artinya pusat navigasi. Mereka bicara tentang sebuah tempat di Bali!"
Riko yang sedang mempersiapkan peralatan deteksi, ikut bergabung. "Ini bisa menjadi terobosan, teman-teman. Siapa tahu kita menemukan saudara kompas kita di sini."
Mereka berpencar, mencari setiap sudut pura. Ayu, yang paling lincah, memanjat ke bagian atas salah satu candi, berharap mendapatkan pandangan lebih baik.
"Ayo ke sini, teman-teman! Ada semacam ruangan tersembunyi!" teriaknya dari atas.
Mendengar itu, tim bergegas menuju lokasi Ayu. Di dalam ruangan, mereka menemukan prasasti dan artefak yang tampaknya adalah bagian dari perangkat navigasi lain.
"Ini menakjubkan!" kata Arya, sambil mengamati artefak itu. "Lihat, simbol-simbolnya mirip dengan yang kita temukan di Trowulan. Tapi ini lebih detail."
Riko mengambil beberapa foto dan mulai membandingkannya dengan data dari artefak sebelumnya. "Ini bisa menjelaskan bagaimana mereka merancang dan menggunakan teknologi ini secara luas."
Ayu, masih dengan candaannya, berkata, "Kita mungkin perlu mengubah nama Bali menjadi 'Bali Hi-tech Island' setelah ini!"
Semua tertawa, namun di balik tawa itu, mereka menyadari bahwa mereka mungkin sedang menapak di jalur yang akan mengungkap salah satu misteri terbesar sejarah maritim Indonesia.