Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa Terpendam

22 April 2024   01:23 Diperbarui: 22 April 2024   01:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Farida mengangguk, tapi dalam hati, dia merasa ada sesuatu yang lebih berat dari sekedar berpisah karena lulus kuliah. Sebuah perasaan yang belum sempat dia ungkapkan.

"Rida, kamu yakin nggak ada yang ingin kamu bilang?" tanya Gunawan, kali ini nada suaranya lebih serius.

Farida menghela nafas, menatap Gunawan dengan tatapan yang mendalam, "Ada sih, tapi..."

Sebelum Farida melanjutkan, tiba-tiba beberapa teman mereka datang menghampiri, membawa kamera dan riuh meminta mereka bergabung dalam foto. Farida tersenyum paksa, menyimpan kembali kata-kata yang hampir terucap.

***

Kesempatan terakhir dilewatinya. (Freepik/jcomp)
Kesempatan terakhir dilewatinya. (Freepik/jcomp)

Setelah sesi foto bersama teman-teman mereka, Gunawan menarik Farida ke kafetaria kampus yang sudah mereka anggap sebagai markas selama bertahun-tahun belajar. Meja favorit mereka di sudut kafetaria masih tersedia, dan mereka segera duduk, memesan dua gelas teh tarik---minuman wajib mereka setiap kali berkunjung.

"Sudah lama ya kita nggak ngobrol berdua kayak gini, Rida," kata Gunawan sambil menyedot teh tariknya.

"Iya, rasanya kayak ada yang hilang gitu kalau nggak ngobrol bareng kamu," Farida mengakui, tapi matanya tak berani menatap Gunawan langsung.

"Rida, kamu tuh kayaknya punya banyak banget pikiran. Kenapa sih kamu nggak pernah cerita sama aku? Aku kan teman kamu juga," tanya Gunawan, suaranya penuh kekhawatiran.

Farida mengaduk-aduk tehnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Itu... aku takut, Gun. Takut kalau aku bilang, semuanya akan berubah. Aku nggak mau kehilangan kamu sebagai teman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun