Malam itu, setelah makan mie goreng, Arik dan ayahnya merasa lebih tenang. Suasana dapur yang semula dilingkupi kesedihan perlahan berganti menjadi ruang yang penuh dengan kehangatan memori dan semangat baru. Si ayah memandang Arik dengan tatapan yang mendalam dan penuh harapan.
"Nak, sudah waktunya kamu mencoba membuat teh sendiri. Apa kamu mau mencoba malam ini?" tawar ayahnya, seraya memberikan kesempatan kepada Arik untuk melangkah lebih jauh dalam mengatasi kehilangannya.
Arik menarik nafas dalam-dalam, meresapi saran ayahnya. "Baiklah, Yah. Saya coba. Mungkin dengan membuat teh, saya bisa merasa lebih dekat lagi dengan ibu."
Mereka berdua berdiri dan berjalan kembali ke dapur. Si ayah menunjukkan langkah demi langkah, mulai dari memilih teh cap Bandulan yang tepat, mengukur suhu air dengan tepat, hingga mengatur waktu perendaman teh agar rasa dan aroma teh dapat terekstraksi sempurna.
"Perhatikan, Nak. Setiap detail penting. Ibumu selalu bilang, membuat teh itu seperti meditasi. Kita harus hadir sepenuhnya," jelas ayahnya sambil mengajarkan Arik cara mengaduk teh di dalam teko.
Arik, dengan hati-hati, mengikuti setiap instruksi ayahnya. Saat dia menuangkan teh ke dalam cangkir, aroma khas teh Bandulan memenuhi ruangan, membawa semangat baru dan sebuah pengharapan. "Rasanya, aku mulai mengerti, Yah. Setiap langkah di sini membawa kenangan tentang ibu."
"Tepat sekali, Nak. Dan setiap kali kamu membuat teh, kamu akan ingat padanya dan semua yang telah dia ajarkan kepada kita," kata ayahnya, meneguk teh buatan Arik.
Mereka berdua duduk, menyesap teh dalam kesunyian yang nyaman. Arik merenung, merasa bahwa setiap tegukan teh buatannya tidak hanya membawa kembali kehangatan ibunya, tetapi juga memberinya kekuatan untuk menerima kepergiannya dengan lebih damai.
"Yah, aku rasa aku siap sekarang. Siap untuk membuat teh ini setiap malam, sebagai pengingat dan sebagai simbol bahwa ibu masih bersama kita," ujar Arik, matanya berkaca-kaca namun penuh dengan ketenangan baru.
Ayahnya tersenyum, memegang tangan Arik. "Iya, Nak. Ibu selalu bersama kita. Dan sekarang, kamu telah menemukan cara untuk terus menjaga kehadirannya di sini, bersama kita."