Energi Dana dan kepercayaan pada timnya memicu lebih banyak aksi timbal balik. Mereka mendominasi pertandingan, dan akhirnya menutup dengan kemenangan 3-1. Kemenangan ini tidak hanya tentang skor, tetapi tentang perubahan yang terjadi dalam cara bermain mereka sebagai sebuah tim.
Setelah pertandingan, Fikri bertemu dengan Dana di lapangan. Mereka berpelukan erat, sebuah momen emosional yang penuh dengan kebanggaan.
"Dana, hari ini kamu tidak hanya pemain terbaik di lapangan, tapi kamu adalah pemimpin terbaik untuk timmu. Papa sangat bangga melihat bagaimana kamu bermain untuk semua, bukan hanya untuk diri sendiri," ucap Fikri, matanya berbinar.
"Terima kasih, Pa. Tanpa nasihat Papa, Dana tidak akan bisa merasakan betapa pentingnya setiap orang di tim ini. Ini bukan kemenangan Dana, ini kemenangan kita semua," Dana membalas, senyumnya merefleksikan kedewasaan baru yang ia rasakan.
Fikri mengangguk, "Itulah kemenangan sejati, Nak. Ingat ini, dalam sepak bola dan dalam hidup, kita lebih kuat bersama."
Mereka berjalan bersama keluar dari lapangan, tidak hanya sebagai ayah dan anak, tetapi sebagai rekan dalam perjalanan yang sama, menghargai setiap momen kemenangan dan pelajaran yang datang bersamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H