Hadis ini menunjukkan bahwa dengan berpuasa, kita dapat membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu, yang pada gilirannya akan meningkatkan keharmonisan dalam rumah tangga.
Ketika seseorang berpuasa, dia sedang belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik.Â
Dalam konteks rumah tangga, hal ini dapat mengajarkan pasangan untuk saling menghargai, menghormati perasaan satu sama lain, dan menghindari perselisihan.Â
Selain itu, berpuasa juga membantu dalam meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap pasangan, karena kita diajarkan untuk merasakan penderitaan orang lain saat berpuasa.
Selama bulan Ramadan, umat Islam juga diharapkan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.Â
Hal ini menciptakan suasana spiritual yang kuat di dalam rumah, yang dapat memengaruhi kehidupan rumah tangga secara positif.Â
Pasangan yang saling mendukung dan melibatkan diri dalam ibadah bersama akan merasakan kedekatan dan kebersamaan yang lebih erat, yang pada akhirnya akan meningkatkan keharmonisan rumah tangga.
Tidak hanya itu, berbuka puasa dan sahur bersama merupakan kegiatan yang mempererat hubungan antara anggota keluarga.Â
Dalam kesempatan ini, pasangan suami istri memiliki kesempatan untuk berbicara, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan satu sama lain dalam menjalani ibadah puasa.Â
Hal ini tentunya akan memperkaya kehidupan mereka dan menciptakan ikatan yang kuat antara suami istri.
Selain puasa wajib di bulan Ramadan, puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah), atau puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak puasa) juga memiliki peran dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.Â