Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sepatu Cinderela

28 Februari 2024   06:15 Diperbarui: 28 Februari 2024   06:37 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kereta kencana dalam kisah putri Cinderela. (Freepik.com)

Puteri Cinderela, apa persepsi Anda tentang kisah ini?

"Puteri cantik", "Anak manusia teraniaya", "Happy ending", "Pukul 00.00", "Pangeran tampan", dan tentu saja "Sepatu kaca".

Ya, itu terpatri begitu kuat di benak setiap anak manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya, entah sampai kapan, mungkin sampai yaumul qiyamah nanti.

Tetapi tanpa disadari, bisa saja perilaku kita teracuni, seperti perilaku bullying, senang kepada bentuk-bentuk penindasan. 

Mungkin saja kita berkilah, ah itu hanya halusinasi saja, atau sekedar ketakutan semu yang di-blow-up para psikolog dan psikiater (lagi-lagi mereka jadi tertuduh, menyedihkan).

Ada satu hal, tuduhan yang lebih bisa didramatisasi dari kisah ini. 

Penumpulan penalaran yang masif. 

Kok bisa? 

Perhatikan dan pikirkan (itu kalau kita sadar ) bagaimana mungkin hanya ada satu sepatu yang hanya tercipta untuk satu ukuran kaki saja di suatu populasi manusia.

Bagaimana segolongan orang dan segolongan lainnya memuja-muja si A, si J, si P, si G, seolah-olah hanyalah mereka saja yang "pas ukuran"nya untuk negeri ini.

Pikiran "fuzzy" saya, mungkin saja ketika pegawai kerajaan nge-fitting sepatu kaca kepada para gadis di negeri itu dan bertemu "Cinderela", padahal Cinderela sebenarnya berada di negeri sebelah.

Ah tidak mungkin, kan "Cinderela" yang itu punya sepatu kaca yang sebelah. 

Dan kita pun percaya bahwa hanya ada satu sepatu kaca yang ada di dunia ini.

Pertanyaan sederhana saya, mengapa sepatu kaca itu tidak ikut "disappear" bersama kereta kencana, kusir dan kuda, kendaraan Cinderela ke pesta, setelah pukul 00.00.

Ya, namanya juga dongeng, "pasti mengada-ngada dan memaksa". 

Saya setuju! 

Seperti tulisan saya ini, mengada-ngada dan memaksa. 

Tetapi, terima kasih Anda telah membacanya hingga akhir. 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun