Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Strategi "Diversion" dalam Debat Cawapres

25 Desember 2023   06:00 Diperbarui: 28 Desember 2023   01:40 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freepik/pressfoto

Strategi "Diversion"

Dalam debat kandidat wakil presiden yang baru saja kita saksikan, ada sebuah momen yang menarik perhatian saya, yaitu penggunaan strategi "Diversion" oleh cawapres B. 

Strategi ini, yang tidak lazim dalam debat politik, layak dibahas lebih lanjut karena implikasinya yang luas bagi pemahaman publik terhadap proses demokrasi.

"Diversion", atau pengalihan, adalah taktik debat di mana seorang debater mengalihkan topik dari substansi yang seharusnya dibahas ke topik lain yang mungkin kurang relevan atau bahkan menyesatkan. 

Dalam konteks debat cawapres, cawapres B mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak umum diketahui oleh lawan debatnya, cawapres A dan C, serta para pemirsa. 

Tujuan utama dari strategi ini tampaknya adalah untuk menghindari diskusi mendalam tentang isu-isu penting yang mungkin tidak ia kuasai sepenuhnya.

Pertanyaan muncul, mengapa strategi seperti ini digunakan? Salah satu alasan mungkin adalah keterbatasan pengetahuan atau pemahaman cawapres B tentang isu-isu yang dibahas.

Dengan mengalihkan perhatian ke topik yang kurang diketahui, cawapres B dapat menghindari penilaian langsung tentang kompetensinya. 

Namun, taktik ini juga bisa dilihat sebagai upaya untuk membingungkan lawan dan pemirsa, menciptakan kesan bahwa ia menguasai topik yang sebenarnya jauh dari jangkauan diskusi utama.

Strategi "Diversion", walaupun mungkin efektif dalam jangka pendek, menimbulkan beberapa masalah serius. Pertama, ia mengurangi kualitas debat publik. 

Debat harus menjadi forum di mana ide-ide dan kebijakan dibahas secara mendalam, bukan ajang permainan kata atau tipu muslihat retoris. Kedua, strategi ini bisa menyesatkan pemirsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun