Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Tidak Boleh Ada Siswa yang Tinggal Kelas?

16 Desember 2023   06:28 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:40 2084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa yang mendapat pelajaran tambahan atau mengulang (remidial). (Sumber gambar: Freepik)

Era pendidikan sebelum tahun 2000, ada fenomena di dalam dunia pendidikan yang diistilahkan "Tidak Naik Kelas" atau "Tinggal Kelas". Saat itu tidak sedikit sekolah yang menjalani praktik ini. 

Era pendidikan berkembang, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang bertanya-tanya, mengapa tidak ada siswa yang tinggal kelas saat ini, bahkan adalah ungkapan di kalangan orangtua yang sering menggunakan istilah tidak naik kelas seperti "ayo belajar yang rajin, nilaimu banyak yang jelek, nanti kamu tidak naik kelas."

Dan uniknya si anak menjawab "memang sekarang masih ada yang tidak naik kelas?" Nah!

***

Dalam evolusi pendidikan yang terus berlangsung, timbul debat penting: apakah sistem pendidikan seharusnya mengizinkan siswa untuk tidak naik kelas (tinggal kelas)? 

Menilik lebih dalam, kita akan menemukan bahwa praktik menahan siswa untuk tinggal kelas memiliki konsekuensi yang kompleks dan sering kali merugikan.

Pertama, tinggal kelas sering kali dikaitkan dengan stigma negatif dan dampak psikologis yang berkepanjangan. Siswa yang mengalami ini cenderung merasa terisolasi, malu, dan kekurangan rasa percaya diri.

Mereka mungkin merasa "diberi label" oleh teman sebaya dan guru mereka. Jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi motivasi belajar mereka dan perkembangan emosional.

Penting untuk diingat bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik tetapi juga tentang perkembangan sosial dan emosional.

Kedua, tinggal kelas sering kali tidak efektif dalam meningkatkan prestasi akademik mereka. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang tinggal kelas tidak selalu menunjukkan peningkatan kinerja di tahun-tahun berikutnya.

Ini menimbulkan pertanyaan: apakah efektif mengulang materi yang sama dengan cara yang sama jika itu tidak berhasil tahun sebelumnya? 

Pendekatan yang lebih menguntungkan mungkin adalah memberikan dukungan tambahan atau pendekatan pengajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan individu siswa.

Ketiga, prinsip keadilan dalam pendidikan menuntut agar kita mengakomodasi perbedaan individu siswa. 

Di era pendidikan modern, ada pengakuan yang lebih besar terhadap beragam gaya belajar dan kecepatan pembelajaran siswa. 

Setiap anak adalah unik dan sistem pendidikan yang kaku tidak dapat mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif diperlukan.

Keempat, tinggal kelas memiliki konsekuensi sosial yang lebih luas. Siswa yang terus merasa gagal dapat menjadi apatis atau bahkan mengembangkan perilaku masalah. 

Ini tidak hanya memengaruhi mereka secara individu tetapi juga komunitas sekolah secara keseluruhan. Perasaan terisolasi dan gagal sering kali menjadi akar berbagai masalah perilaku dan sosial.

Kelima, dari segi praktis, tinggal kelas memiliki tantangan administratif dan keuangan. 

Sistem pendidikan yang mengharuskan siswa tinggal kelas memerlukan lebih banyak sumber daya, baik dari segi waktu guru maupun infrastruktur sekolah. 

Jangka panjang, ini dapat menjadi beban keuangan yang tidak efisien bagi sistem pendidikan.

Dalam menganalisis masalah ini, penting untuk mempertimbangkan bahwa pendidikan adalah hak setiap anak dan harus dirancang untuk mendukung keberhasilan semua siswa. 

Tinggal kelas bukanlah solusi yang efektif dan sering kali merugikan. Pendekatan yang lebih adil, yang mengakui kebutuhan individu dan memberikan dukungan yang sesuai, adalah kunci untuk sistem pendidikan yang benar-benar mendidik.

***

Setelah memahami berbagai alasan mengapa siswa sebaiknya tidak tinggal kelas, kita sekarang beralih ke solusi dan strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam sistem pendidikan. 

Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap siswa menerima dukungan yang mereka butuhkan untuk maju tanpa mengalami stigma atau konsekuensi negatif dari tinggal kelas.

Pertama, pentingnya intervensi dini tidak bisa diabaikan. Mengidentifikasi masalah pembelajaran pada tahap awal sangat penting.

Guru dan staf pendidikan harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda siswa yang membutuhkan bantuan tambahan dan memberikan dukungan yang relevan dengan cepat.

Ini bisa berupa bimbingan khusus, program remedial, atau penyesuaian kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan belajar individu.

Kedua, menerapkan metode pengajaran yang beragam dan adaptif sangat penting. Pembelajaran harus disesuaikan untuk memenuhi berbagai gaya dan kecepatan belajar. 

Penggunaan teknologi pendidikan, pembelajaran kelompok kecil, dan metode pengajaran berpusat pada siswa dapat memiliki dampak positif. Pengajaran yang kreatif dan inovatif sering kali lebih efektif dalam menarik minat dan memotivasi siswa.

Ketiga, membangun sistem dukungan yang kuat adalah penting. Ini termasuk dukungan dari guru, orangtua, dan rekan sebaya. Sekolah harus mendorong lingkungan yang mendukung di mana siswa merasa aman untuk mengungkapkan kesulitan mereka dan meminta bantuan. 

Keterlibatan orangtua dalam proses pendidikan juga sangat penting, karena mereka dapat memberikan dukungan emosional dan motivasi di rumah.

Keempat, fokus pada pengembangan holistik sangat penting. Selain akademik, aspek sosial, emosional, dan fisik siswa juga harus diperhatikan. 

Program pendidikan harus mencakup kegiatan yang mendukung pengembangan keterampilan hidup, seperti kerja sama, penyelesaian konflik, dan kecerdasan emosional. 

Hal ini tidak hanya membantu mereka dalam aspek akademik tetapi juga mempersiapkan mereka untuk kehidupan di luar sekolah.

Kelima, evaluasi dan penilaian yang berkelanjutan sangat penting. Sistem penilaian harus fleksibel dan berfokus pada kemajuan berkelanjutan. 

Ini berarti melihat lebih dari sekadar nilai ujian dan mempertimbangkan kemajuan siswa dalam berbagai aspek, termasuk partisipasi dalam kelas, proyek, dan kegiatan ekstrakurikuler.

Terakhir, sangat penting untuk menciptakan kebijakan dan praktik yang mempromosikan keadilan di tingkat sistem. Ini termasuk pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan akses ke sumber daya pendidikan. 

Pendidikan berfokus pada keadilan tidak hanya menguntungkan siswa yang berisiko ditahan, tetapi juga seluruh komunitas sekolah dengan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, berkeadilan, dan beragam dalam belajar.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat memastikan bahwa sistem pendidikan kita tidak hanya menghindari praktik tinggal kelas, tetapi juga memberikan pendidikan berkualitas yang mendukung setiap siswa dalam mencapai potensi mereka sepenuhnya. 

Pendekatan yang berpusat pada siswa, fleksibel, dan adil adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun