Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jentel, Gede Ati dan Legowo

5 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:04 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan hanya tentang keberanian dalam menghadapi tantangan, tapi juga kemampuan untuk rela terhadap kondisi yang ada, bahkan jika kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi diri sendiri.

Perbedaan mendasar antara jentel dan gede ati terletak pada fokusnya. Jika jentel lebih menekankan pada keberanian untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sulit, gede ati lebih pada penerimaan dan kesediaan untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut. 

Misalnya, seorang yang jentel akan berani meminta maaf dan mengakui kesalahan, sedangkan orang yang gede ati akan siap menerima segala bentuk kritik atau akibat dari kesalahannya dengan hati yang lapang.

Dalam konteks sosial, terutama dalam masyarakat yang sangat menghargai keharmonisan dan kebersamaan, seperti masyarakat Jawa, gede ati menjadi sangat penting. 

Sikap ini mencerminkan kebijaksanaan dan kedewasaan emosional yang tinggi. Karena dalam kehidupan bermasyarakat, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus menerima keputusan atau kondisi yang tidak selalu menguntungkan bagi diri kita, tetapi demi kebaikan bersama.

Gede ati, dalam esensinya, mengajarkan kita untuk melepaskan ego pribadi dan melihat keadaan dari perspektif yang lebih luas. Hal ini tidak hanya membantu dalam membangun hubungan interpersonal yang lebih kuat, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.

Memahami Konsep "Legowo"

Mengakhiri pembahasan mengenai konsep-konsep dalam budaya Jawa, kita sampai pada istilah "legowo". Legowo merupakan sikap mental yang mencerminkan kemampuan untuk menerima keputusan atau kondisi dengan hati yang ikhlas, tanpa dendam, su'udzon (prasangka buruk), atau curiga. 

Ini adalah penerimaan yang berlanjut menjadi pemahaman bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah ketetapan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam konteks kesalahan yang terlanjur dibuat, baik secara sengaja maupun tidak, konsep legowo menjadi relevan. Ketika seseorang telah melakukan kesalahan, idealnya dia harus jentel dalam mengakui dan memperbaiki kesalahannya, serta gede ati dalam menerima konsekuensinya. 

Namun, bagi orang lain yang terpengaruh oleh kesalahan tersebut, legowo menjadi sikap yang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun