Sementara beberapa mungkin berpendapat bahwa ini adalah bentuk perhatian terhadap detail, banyak pakar manajemen yang percaya bahwa mikromanajemen dapat menjadi toksik bagi perkembangan organisasi.
Pertama, kita harus memahami apa yang mendorong perilaku ini.Â
Menurut Stephen R. Covey, penulis buku terlaris "The 7 Habits of Highly Effective People," salah satu kebiasaan individu yang efektif adalah "Begin with the End in Mind." Dalam konteks manajemen, hal ini dapat diartikan sebagai memiliki visi yang jelas tentang hasil yang diinginkan dari suatu tugas atau proyek.Â
Namun, ketika visi ini disalurkan dengan cara yang salah, seperti melalui mikromanajemen, hasil yang diinginkan mungkin tidak akan pernah tercapai.
Sebagai pengamat praktik manajemen yang tidak efisien ("mismanagement", lebih dari 15 tahun), saya percaya bahwa mikromanajemen sering kali berasal dari ketidakpercayaan atau ketakutan akan ketidaksempurnaan.Â
Namun, Peter F. Drucker, salah satu tokoh manajemen paling berpengaruh di abad ke-20, pernah berkata, "Manajemen adalah tentang manusia." Ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap tugas dan proyek terdapat manusia dengan kemampuan, kreativitas, dan potensi yang harus dimanfaatkan.
Mikromanajemen, pada dasarnya, menekan potensi ini.Â
Dengan mencampuri setiap detail pekerjaan, seorang pemimpin mungkin tanpa sadar meredam kreativitas dan inisiatif bawahannya.Â
Menurut Ken Blanchard dan Spencer Johnson, penulis buku "The One Minute Manager," pemimpin yang efektif adalah mereka yang dapat menetapkan tujuan yang jelas, memberikan panduan ketika diperlukan, dan kemudian memberikan kepercayaan kepada tim mereka untuk mencapainya. Dengan mikromanajemen, semua aspek ini dapat terhambat.
Dari segi produktivitas, mikromanajemen dapat menjadi tidak produktif. Dalam bukunya "Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us," Daniel H. Pink menunjukkan bahwa salah satu motivasi terbesar bagi karyawan adalah otonomi -- kemampuan untuk memiliki kendali atas pekerjaan mereka sendiri. Mikromanajemen menghancurkan otonomi ini, dan dengan demikian, dapat menghancurkan motivasi.
Harapan saya, dan harapan banyak profesional lainnya, adalah agar manajer dan pemimpin di seluruh dunia dapat memahami dan mengakui dampak negatif dari mikromanajemen.Â