Wijaya merasa bingung ketika, di tengah-tengah mengikuti sesi pelatihan yang telah berlangsung selama tiga jam, ia menerima pesan dari manajernya untuk segera kembali ke kantor. Posisinya dalam pelatihan tersebut digantikan oleh seorang staf lain.Â
Manajer tersebut menjelaskan bahwa ini adalah instruksi dari Chief Executive Officer (CEO), yang juga menjabat sebagai komisaris utama dari sebuah perusahaan multinasional. Wijaya merasa heran, bertanya-tanya mengapa seorang CEO merangkap komisaris utama akan terlibat dalam "mikromanajemen" seperti ini.
Selama lima tahun terakhir, Wijaya telah menyadari bahwa perusahaannya, meskipun merupakan entitas multinasional, tidak menunjukkan kinerja yang mengesankan.Â
Data yang disediakan telah menunjukkan penurunan penjualan dalam jangka waktu tersebut, menandakan bahwa perusahaan saat ini kehilangan pangsa pasar kepada pesaing-pesaingnya.Â
Sepuluh tahun yang lalu, perusahaan mereka bahkan pernah mencapai prestasi luar biasa dengan masuk dalam daftar 10 besar perusahaan di negaranya. Namun, sekarang mereka hanya mampu menduduki peringkat 79, sedangkan beberapa pesaing lain telah mengalami peningkatan peringkat yang signifikan.Â
Wijaya menyimpulkan, melalui pengamatannya yang tajam, bahwa salah satu penyebab penurunan ini adalah praktik mikromanajemen yang diterapkan oleh pimpinan perusahaan.
Kepemimpinan, Otoritas, dan Bahaya "Mengatur Semuanya"
Di dunia manajemen, ada ungkapan, "Tugas presiden adalah mengorkestrasi kebijakan, bukan menyusun formasi pemain sepak bola." Ungkapan sederhana ini sebenarnya mengandung pesan mendalam tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bertindak dalam sebuah organisasi.Â
Namun, apa yang terjadi ketika ungkapan ini diabaikan? Ketika para pemimpin mulai terlibat dalam aspek-aspek teknis dan operasional? Pertimbangan mendalam timbul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut:
- Mendefinisikan Kepemimpinan: Sebelum lebih jauh masuk, ada baiknya kita memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan.
Dalam konteks organisasi, seorang pemimpin adalah individu yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis, merumuskan visi, misi, dan memberikan arahan kepada semua anggota organisasi.
Pada titik ini, seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan analitis, intuisi, dan kemampuan untuk memahami tantangan dan peluang jangka panjang. - Membedakan Antara Pemimpin dan Manajer: Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah ketika seorang pemimpin mulai bertindak seperti seorang manajer.
Seorang manajer, dengan semua keahliannya, berfokus pada operasional, aktivitas sehari-hari, dan pengawasan tim. Seorang pemimpin yang terlalu terlibat dalam masalah teknis akan kehilangan fokus pada "big pictures" organisasi. - Bahaya Mikromanajemen: Mikromanajemen, di mana seorang pemimpin terlalu terlibat dalam mengawasi tugas-tugas bawahannya, menciptakan beberapa masalah serius.
Pertama, hal ini dapat menurunkan semangat karyawan. Ketika seorang pemimpin secara konsisten ikut campur dalam pekerjaan seorang karyawan, hal ini dapat menciptakan kesan bahwa karyawan tersebut tidak dipercayai atau dihargai.
Kedua, hal ini menciptakan ketidakefisienan. Seorang pemimpin yang terlalu fokus pada detail-detail kecil akan mengabaikan isu-isu strategis yang lebih penting. - Keprihatinan tentang Penurunan Otoritas: Ironisnya, ketika seorang pemimpin mencoba menegakkan otoritas dengan mencampuri segala hal, otoritas tersebut justru bisa terkikis.
Hal ini karena otoritas seorang pemimpin yang baik diakui bukan dari seberapa banyak mereka mencampuri, tetapi seberapa efektif mereka memimpin dan memberikan arahan. - Pendelegasian: Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk mendelegrasikan tugas.
Hal ini bukan berarti pemimpin mengabaikan tanggung jawab mereka, melainkan memberikan kepercayaan kepada tim mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan keahlian mereka.
Delegasi memungkinkan seorang pemimpin untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, sementara tim mereka dapat memberikan kontribusi penuh berdasarkan keahlian mereka. - Membangun Organisasi yang Kuat: Sebuah organisasi yang kuat dibangun bukan dari seberapa banyak seorang pemimpin mengatur, tetapi seberapa baik mereka membangun tim mereka, memberdayakan mereka, dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki peran yang jelas. Ini menciptakan lingkungan kerja yang positif, produktif, dan inovatif.
Mikromanajemen: Sudahkah Menjadi Tradisi dalam Dunia Bisnis?
Dalam sejarah panjang manajemen, pemimpin dan eksekutif bisnis selalu menghadapi dilema: seberapa jauh mereka harus terlibat dalam tugas-tugas operasional tim mereka?Â
Mikromanajemen telah menjadi istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan perilaku seorang manajer yang terlalu terlibat dalam pekerjaan bawahannya.Â