Dalam Engineering Systems Division Symposium, MIT, Cambridge, MA, pada tanggal 29-31 Maret 2004, Karen Marais, Nicolas Dulac, dan Nancy Leveson mempresentasikan tentang konsep "Zero Accident". Menurut penelitian mereka yang didanai oleh NASA Engineering for Complex Systems dengan nomor NAG2-1543, dikatakan bahwa:
Konsep "Zero Accident" menunjukkan tekad untuk menghilangkan insiden sepenuhnya dalam suatu sistem atau organisasi. Namun, dalam konteks sistem sosio-teknis yang kompleks, pendekatan konvensional untuk mencapai "Zero Accident" mungkin tidak layak atau efektif karena adanya kompleksitas interdependensi, keterkaitan yang erat, dan ketidakpastian yang melekat dalam sistem tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif terhadap keselamatan yang mempertimbangkan sistem sosio-teknis secara menyeluruh. Pendekatan ini lebih berfokus pada pemahaman dan pengurangan dampak insiden, bukan sekadar upaya pencegahan semata.
Dengan demikian, konsep "Zero Accident" dalam konteks ini bukan hanya usaha untuk menghindari insiden, tetapi juga merupakan usaha untuk memahami dan mengurangi dampaknya dalam sebuah sistem yang rumit.
***
Seiring berjalannya waktu, dunia industri telah mengalami transformasi yang signifikan, mencakup kemajuan dalam teknologi, reorganisasi, dan prinsip-prinsip inti.
Salah satu konsep yang saat ini menjadi perbincangan hangat dan diadopsi oleh banyak perusahaan adalah "Zero Accident."
Secara sederhana, konsep ini menganjurkan ide bahwa setiap insiden atau kecelakaan di tempat kerja dapat dicegah, dan perusahaan harus berupaya mencapai nol kecelakaan.
Namun, benarkah bahwa konsep ini dapat diterapkan secara universal? Dan apa yang sebenarnya diperlukan untuk mencapainya?
Jika kita melihat kembali sejarah industri, kecelakaan kerja bukanlah hal yang asing. Selama bertahun-tahun, banyak karyawan yang mengalami cedera, penyakit, atau bahkan kematian akibat kondisi kerja yang tidak memadai.
Namun, seiring berjalannya waktu dan peningkatan kesadaran, sektor ini mulai melihat keselamatan kerja sebagai hal yang sangat penting, bukan hanya tanggung jawab moral tetapi juga sebagai investasi yang berharga. Keselamatan kerja telah menjadi komponen penting untuk produktivitas, reputasi, dan keberlanjutan perusahaan.
Dalam konteks ini, konsep "Zero Accident" muncul sebagai paradigma baru. Sedangkan dahulu kecelakaan dianggap sebagai risiko yang tak terhindarkan dari pekerjaan tertentu, pola pikir itu mulai berubah. Sekarang, ada keyakinan kuat bahwa setiap kecelakaan memiliki penyebab, dan jika penyebab tersebut dapat diidentifikasi dan dihilangkan, kecelakaan dapat dicegah.
"Manajemen Zero Accident" tidak hanya menuntut perubahan dalam prosedur dan peraturan keselamatan, tetapi juga perubahan budaya perusahaan. Ini bukan tugas yang mudah. Mengubah budaya perusahaan memerlukan komitmen dari semua pihak, mulai dari manajemen tingkat atas hingga karyawan di garis depan. Semua orang harus percaya bahwa "Zero Accident" bukan hanya slogan, tetapi tujuan yang realistis dan dapat dicapai.
Namun, ada juga keraguan terhadap konsep ini. Beberapa berpendapat bahwa, meskipun gagasan "Zero Accident" terdengar mulia, mencapai nol kecelakaan adalah hal yang tidak realistis, terutama di industri dengan risiko tinggi yang melekat. Mereka berpendapat bahwa, meskipun upaya pencegahan penting, ada batasan-batasan tertentu yang sulit diatasi.
Misalnya, meskipun teknologi penerbangan telah berkembang pesat dan standar keselamatan udara jauh lebih baik dibandingkan beberapa dekade yang lalu, kecelakaan pesawat masih terjadi. Apakah ini berarti bahwa industri penerbangan gagal dalam menerapkan prinsip "Zero Accident"?
Tentu, argumen tersebut memiliki dasar. Namun, perlu dipahami bahwa inti dari "Zero Accident" bukanlah angka nol itu sendiri, tetapi upaya dan komitmen untuk selalu berusaha mencegah kecelakaan.
Konsep ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi, meninjau prosedur mereka, dan mendengarkan masukan dari karyawan. Ini mempromosikan penciptaan lingkungan kerja yang responsif, adaptif, dan selalu berorientasi pada keselamatan.
Salah satu kunci utama dari "Zero Accident" adalah keterlibatan karyawan. Dalam banyak kasus, karyawan adalah yang pertama kali menyadari potensi bahaya atau ketidaksesuaian dalam prosedur.
Oleh karena itu, mendorong budaya di mana karyawan merasa aman dan didorong untuk berbicara adalah sangat penting. Tanpa masukan dari mereka yang berada di garis depan, upaya mencegah kecelakaan akan menjadi lebih sulit.
Tentu saja, ada tantangan dalam menerapkan "Manajemen Zero Accident." Namun, bukankah tantangan ini sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh? Manfaatnya bukan hanya dalam bentuk penurunan kecelakaan dan cedera, tetapi juga peningkatan semangat karyawan, produktivitas, dan reputasi perusahaan di mata masyarakat.
Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang ketat, reputasi menjadi aset yang sangat berharga. Perusahaan yang terkenal karena komitmennya yang kuat terhadap keselamatan akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat umum. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.
***
Sebagai kesimpulan, "Manajemen Zero Accident" mungkin terdengar seperti idealisme yang terlampau tinggi bagi beberapa orang. Namun, setelah melihat lebih dalam, konsep ini mencerminkan evolusi industri dan pemahaman manusia tentang pentingnya kesejahteraan setiap individu. Meskipun mungkin ada perdebatan tentang sejauh mana "Zero Accident" dapat dicapai, satu hal yang pasti: komitmen terhadap keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama bagi setiap perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H