Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Manajemen "Zero Accident", Revolusioner atau Idealisme?

16 Oktober 2023   14:32 Diperbarui: 16 Oktober 2023   21:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manajemen "Zero Accident", Revolusioner atau Idealisme? Foto oleh wayhomestudio dari Freepik

Namun, seiring berjalannya waktu dan peningkatan kesadaran, sektor ini mulai melihat keselamatan kerja sebagai hal yang sangat penting, bukan hanya tanggung jawab moral tetapi juga sebagai investasi yang berharga. Keselamatan kerja telah menjadi komponen penting untuk produktivitas, reputasi, dan keberlanjutan perusahaan.

Dalam konteks ini, konsep "Zero Accident" muncul sebagai paradigma baru. Sedangkan dahulu kecelakaan dianggap sebagai risiko yang tak terhindarkan dari pekerjaan tertentu, pola pikir itu mulai berubah. Sekarang, ada keyakinan kuat bahwa setiap kecelakaan memiliki penyebab, dan jika penyebab tersebut dapat diidentifikasi dan dihilangkan, kecelakaan dapat dicegah.

"Manajemen Zero Accident" tidak hanya menuntut perubahan dalam prosedur dan peraturan keselamatan, tetapi juga perubahan budaya perusahaan. Ini bukan tugas yang mudah. Mengubah budaya perusahaan memerlukan komitmen dari semua pihak, mulai dari manajemen tingkat atas hingga karyawan di garis depan. Semua orang harus percaya bahwa "Zero Accident" bukan hanya slogan, tetapi tujuan yang realistis dan dapat dicapai.

Namun, ada juga keraguan terhadap konsep ini. Beberapa berpendapat bahwa, meskipun gagasan "Zero Accident" terdengar mulia, mencapai nol kecelakaan adalah hal yang tidak realistis, terutama di industri dengan risiko tinggi yang melekat. Mereka berpendapat bahwa, meskipun upaya pencegahan penting, ada batasan-batasan tertentu yang sulit diatasi.

Misalnya, meskipun teknologi penerbangan telah berkembang pesat dan standar keselamatan udara jauh lebih baik dibandingkan beberapa dekade yang lalu, kecelakaan pesawat masih terjadi. Apakah ini berarti bahwa industri penerbangan gagal dalam menerapkan prinsip "Zero Accident"?

Tentu, argumen tersebut memiliki dasar. Namun, perlu dipahami bahwa inti dari "Zero Accident" bukanlah angka nol itu sendiri, tetapi upaya dan komitmen untuk selalu berusaha mencegah kecelakaan.

Konsep ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi, meninjau prosedur mereka, dan mendengarkan masukan dari karyawan. Ini mempromosikan penciptaan lingkungan kerja yang responsif, adaptif, dan selalu berorientasi pada keselamatan.

Salah satu kunci utama dari "Zero Accident" adalah keterlibatan karyawan. Dalam banyak kasus, karyawan adalah yang pertama kali menyadari potensi bahaya atau ketidaksesuaian dalam prosedur.

Oleh karena itu, mendorong budaya di mana karyawan merasa aman dan didorong untuk berbicara adalah sangat penting. Tanpa masukan dari mereka yang berada di garis depan, upaya mencegah kecelakaan akan menjadi lebih sulit.

Tentu saja, ada tantangan dalam menerapkan "Manajemen Zero Accident." Namun, bukankah tantangan ini sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh? Manfaatnya bukan hanya dalam bentuk penurunan kecelakaan dan cedera, tetapi juga peningkatan semangat karyawan, produktivitas, dan reputasi perusahaan di mata masyarakat.

Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang ketat, reputasi menjadi aset yang sangat berharga. Perusahaan yang terkenal karena komitmennya yang kuat terhadap keselamatan akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat umum. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun