Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis Tangan, Keterampilan Dasar atau Relik Masa Lalu?

12 Oktober 2023   20:20 Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:20 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tulisan tangan, keterampilan dasar atau relik masa lalu? Foto: Michal Jarmoluk dari Pixabay.

Dari Pena ke Keyboard: Menilai Evolusi Cara Kita Menulis

Menulis, sebagai salah satu bentuk ekspresi manusia tertua, telah mengalami berbagai metamorfosis seiring berjalannya waktu. Jika kita mundur beberapa abad, kita dapat membayangkan bagaimana leluhur kita mencatat cerita dan peristiwa penting dalam gua atau pada daun-daun. Pena, sebagai instrumen menulis yang lebih modern, telah diam-diam menyaksikan perkembangan peradaban manusia yang terus berkembang, mulai dari pena bulu yang digunakan oleh filsuf-filsuf Yunani kuno hingga pena tinta yang dikenal oleh generasi kita.

Pada awalnya, menulis adalah kegiatan eksklusif, dihargai, dan dilakukan oleh segelintir orang. Tidak semua orang memiliki akses atau kemampuan untuk menulis. Namun, seiring dengan kemajuan peradaban, menulis menjadi lebih demokratis. Inovasi di bidang pendidikan membuat keterampilan menulis menjadi bagian penting dari kurikulum, memberikan setiap individu kesempatan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya.

Kemudian datang era digital. Kemajuan teknologi memperkenalkan kita pada dunia di mana keyboard menggantikan pena. Mengetik menjadi norma baru. Banyak individu saat ini sangat bergantung pada komputer dan smartphone untuk membantu kegiatan sehari-hari mereka, termasuk berbagai tugas seperti komunikasi antarmanusia dan mendokumentasikan pemikiran dan tanggung jawab mereka. 

Kecepatan, efisiensi, dan kenyamanan yang ditawarkan oleh perangkat digital membuat mengetik menjadi pilihan utama bagi banyak orang. Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak di negara maju saat ini dapat mengetik lebih cepat daripada mereka menulis dengan tangan.

Namun, dengan perubahan ini, juga ada kerugian. Keterampilan menulis dengan tangan, yang dahulu dianggap penting, kini semakin ditinggalkan. Tulisan tangan memiliki daya tarik eksklusif yang tidak dapat direplikasi oleh jenis huruf digital, terlepas dari daya tarik estetik mereka. Setiap individu memiliki gaya tulisan tangan yang unik, mencerminkan karakter dan kepribadian mereka yang khas. Sebuah surat yang ditulis dengan tangan memberikan sentuhan pribadi yang tidak dapat disamai oleh email atau pesan teks.

Selain itu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa menulis dengan tangan memiliki manfaat kognitif. Proses menulis dengan tangan memerlukan koordinasi yang lebih kompleks antara tangan dan otak dibandingkan dengan mengetik, yang mempromosikan konektivitas saraf dan meningkatkan retensi informasi.

Peralihan dari pena ke keyboard tanpa keraguan membawa banyak keuntungan, terutama dalam hal kecepatan dan efisiensi. Dengan teknologi digital, kita memiliki kemampuan untuk dengan mudah menyimpan, mengedit, dan mendistribusikan tulisan. Namun, penting untuk selalu mengingat dan menghargai pentingnya serta keunikan tulisan tangan. 

Meskipun kita hidup di era digital, masih ada elemen-elemen yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Sebagai contoh, catatan tangan di tepi buku, surat cinta yang ditulis dengan tangan, atau sketsa cepat di atas kertas.

Evolusi dari pena ke keyboard menunjukkan bagaimana teknologi telah memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun, dalam konteks ini, pertanyaan yang muncul adalah: apakah kita siap sepenuhnya meninggalkan seni dan keunikan tulisan tangan?

Ilustrasi: Tulisan tangan, keterampilan dasar atau relik masa lalu? Foto: Michal Jarmoluk dari Pixabay.
Ilustrasi: Tulisan tangan, keterampilan dasar atau relik masa lalu? Foto: Michal Jarmoluk dari Pixabay.

Mengapa Tulisan Tangan Masih Relevan di Era Digital?

Di dunia yang semakin canggih, di mana hampir setiap aspek kehidupan kita telah tersentuh oleh teknologi, pertanyaan tentang relevansi tulisan tangan sering muncul. Di tengah gelombang digitalisasi yang cepat, apakah ada tempat bagi tulisan tangan untuk terus ada?

Salah satu alasan mengapa tulisan tangan tetap relevan adalah karena kualitas interaktif dan personal yang dimilikinya. Setiap goresan tinta mencerminkan nuansa emosi, pemikiran, dan karakteristik individu. 

Berbeda dengan jenis huruf digital standar, tulisan tangan membawa keragaman dan keunikan. Dalam konteks komunikasi antarpersona, catatan atau surat yang ditulis dengan tangan sering dianggap lebih berarti dan tulus, menunjukkan bahwa seseorang telah meluangkan waktu dan usaha untuk menyampaikan pesannya.

Selain itu, banyak peneliti berpendapat bahwa tulisan tangan memiliki manfaat kognitif yang signifikan. Proses tulisan tangan memerlukan koordinasi antara tangan dan otak, merangsang konektivitas neural yang lebih intensif dibandingkan dengan mengetik. 

Beberapa penelitian mengusulkan bahwa pelajar yang mencatat informasi secara manual memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi dan retensi pengetahuan yang lebih lama dibandingkan dengan individu yang mencatat catatan menggunakan komputer pribadi atau perangkat seluler.

Pendidikan adalah salah satu sektor di mana relevansi tulisan tangan masih sangat terasa. Meskipun banyak lembaga pendidikan telah mengadopsi teknologi dalam fasilitasi pembelajaran dan pemerolehan pengetahuan, sejumlah besar pendidik tetap memegang pandangan bahwa seni tulisan tangan harus tetap diajarkan. 

Pandangan ini tidak hanya didasarkan pada manfaat kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi juga berasal dari gagasan bahwa kemampuan untuk menuliskan pemikiran secara manual adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap individu, memiliki tingkat penting yang sama dengan keterampilan literasi dan numerasi.

Kemudian ada aspek meditatif dari tulisan tangan. Banyak orang menemukan kedamaian dan relaksasi dalam proses menulis dengan tangan, menjadikannya bentuk terapi. Mengisi jurnal harian, misalnya, dapat menjadi cara untuk merenungkan hari, merenung, dan menikmati setiap momen. Proses ini sulit untuk direplikasi dengan mengetik pada perangkat digital.

Namun, kita tidak bisa menafikan bahwa era digital telah memberikan banyak kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam cara kita menulis. Kemampuan untuk menyimpan, mengedit, mencari, dan berbagi informasi dengan cepat adalah beberapa keuntungan mengetik dibandingkan dengan menulis tangan. 

Sebaliknya, ada kekhawatiran bahwa generasi muda mungkin kehilangan kemampuan menulis tangan mereka karena ketergantungan berlebihan pada teknologi.

Apakah era digital benar-benar mengancam eksistensi tulisan tangan? Atau apakah kita, sebagai masyarakat, masih mengakui nilai dan pentingnya keterampilan dasar ini? 

Meskipun teknologi terus berkembang dengan cepat, tampaknya ada aspek-aspek tertentu dari tulisan tangan yang sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk digantikan. Baik sebagai bentuk ekspresi, alat komunikasi, atau sebagai keterampilan dasar, tulisan tangan tampaknya masih memiliki tempatnya di hati kita, bahkan di tengah kemajuan teknologi yang mengagumkan.

Apakah Era Digital Mengancam Eksistensi Tulisan Tangan?

Dalam satu dekade terakhir, kita telah menyaksikan revolusi digital yang telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari cara kita berkomunikasi hingga cara kita bekerja, teknologi telah menggantikan banyak praktik tradisional yang dulunya dianggap tidak tergantikan. Salah satu perubahan yang sering memicu perdebatan adalah apakah era digital benar-benar mengancam eksistensi tulisan tangan.

Saat memulai kuliah atau ruang konferensi, sudah menjadi kebiasaan untuk melihat banyak individu dengan laptop atau tablet di depan mereka, siap untuk mencatat informasi. Kecepatan, efisiensi, dan kemampuan untuk mengedit dengan mudah adalah beberapa alasan mengapa banyak orang lebih memilih mengetik daripada menulis tangan.

Selain itu, dengan perkembangan teknologi cloud, kita dapat menyimpan catatan kita secara online, memungkinkan akses kapan saja dan di mana saja, tanpa takut kehilangan atau kerusakan.

Sebaliknya, banyak generasi muda saat ini memperoleh keterampilan mengetik sebelum mereka mahir menulis dengan tangan. Dalam beberapa kasus, kurikulum sekolah lebih menekankan keterampilan digital daripada keterampilan dasar seperti menulis tangan. Ini menimbulkan pertanyaan: akankah generasi mendatang kehilangan kemampuan untuk menulis dengan tangan?

Namun, tulisan tangan bukan hanya tentang penulisan. Ini adalah manifestasi estetika, komunikasi diri, dan gambaran kepribadian individu. Goresan tinta yang muncul dari tangan seseorang mengungkapkan banyak hal tentang mereka. 

Ada kedalaman emosi, keunikan, dan keaslian yang sulit untuk direplikasi dengan huruf digital standar. Bagi banyak orang, menulis surat dengan tangan atau menyimpan jurnal pribadi dengan tulisan tangan memberikan kepuasan dan kedekatan emosional yang tidak dapat dicapai melalui mengetik.

Selain itu, ada argumen kuat mengenai manfaat kognitif dari menulis tangan. Beberapa penelitian menyarankan bahwa proses menulis tangan dapat meningkatkan retensi informasi dan pemahaman materi. Saat menulis tangan, otak kita berinteraksi dengan informasi dengan cara yang lebih dalam dibandingkan dengan mengetik, memungkinkan kita untuk memproses dan mengingatnya dengan lebih baik.

Namun, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa era digital menawarkan banyak keuntungan. Kemampuan untuk menulis, mengedit, dan berbagi informasi dengan cepat telah memperkaya cara kita berkomunikasi dan belajar. Di era globalisasi, kebutuhan untuk berkomunikasi secara cepat dan efisien sering melebihi kebutuhan untuk menulis tangan.

Pertanyaan mendasar adalah: apakah ada keseimbangan yang bisa dicapai antara melestarikan tradisi tulisan tangan dan mengadopsi kemudahan era digital? Apakah mungkin bagi kita untuk memastikan bahwa generasi mendatang tetap menghargai seni dan keindahan tulisan tangan sambil menguasai keterampilan digital yang dibutuhkan di dunia modern?

Ini adalah pertanyaan yang rumit, dan mungkin tidak ada jawaban yang pasti. Namun, saat kita merenungkan pentingnya tulisan tangan dalam hari-hari mendatang, kita harus mempertimbangkan potensi pengorbanan jika kita membiarkan kemampuannya lenyap dan potensi penerimaan dengan sepenuhnya memeluk era elektronik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun