Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis Tangan, Keterampilan Dasar atau Relik Masa Lalu?

12 Oktober 2023   20:20 Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:20 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tulisan tangan, keterampilan dasar atau relik masa lalu? Foto: Michal Jarmoluk dari Pixabay.

Di dunia yang semakin canggih, di mana hampir setiap aspek kehidupan kita telah tersentuh oleh teknologi, pertanyaan tentang relevansi tulisan tangan sering muncul. Di tengah gelombang digitalisasi yang cepat, apakah ada tempat bagi tulisan tangan untuk terus ada?

Salah satu alasan mengapa tulisan tangan tetap relevan adalah karena kualitas interaktif dan personal yang dimilikinya. Setiap goresan tinta mencerminkan nuansa emosi, pemikiran, dan karakteristik individu. 

Berbeda dengan jenis huruf digital standar, tulisan tangan membawa keragaman dan keunikan. Dalam konteks komunikasi antarpersona, catatan atau surat yang ditulis dengan tangan sering dianggap lebih berarti dan tulus, menunjukkan bahwa seseorang telah meluangkan waktu dan usaha untuk menyampaikan pesannya.

Selain itu, banyak peneliti berpendapat bahwa tulisan tangan memiliki manfaat kognitif yang signifikan. Proses tulisan tangan memerlukan koordinasi antara tangan dan otak, merangsang konektivitas neural yang lebih intensif dibandingkan dengan mengetik. 

Beberapa penelitian mengusulkan bahwa pelajar yang mencatat informasi secara manual memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi dan retensi pengetahuan yang lebih lama dibandingkan dengan individu yang mencatat catatan menggunakan komputer pribadi atau perangkat seluler.

Pendidikan adalah salah satu sektor di mana relevansi tulisan tangan masih sangat terasa. Meskipun banyak lembaga pendidikan telah mengadopsi teknologi dalam fasilitasi pembelajaran dan pemerolehan pengetahuan, sejumlah besar pendidik tetap memegang pandangan bahwa seni tulisan tangan harus tetap diajarkan. 

Pandangan ini tidak hanya didasarkan pada manfaat kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi juga berasal dari gagasan bahwa kemampuan untuk menuliskan pemikiran secara manual adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap individu, memiliki tingkat penting yang sama dengan keterampilan literasi dan numerasi.

Kemudian ada aspek meditatif dari tulisan tangan. Banyak orang menemukan kedamaian dan relaksasi dalam proses menulis dengan tangan, menjadikannya bentuk terapi. Mengisi jurnal harian, misalnya, dapat menjadi cara untuk merenungkan hari, merenung, dan menikmati setiap momen. Proses ini sulit untuk direplikasi dengan mengetik pada perangkat digital.

Namun, kita tidak bisa menafikan bahwa era digital telah memberikan banyak kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam cara kita menulis. Kemampuan untuk menyimpan, mengedit, mencari, dan berbagi informasi dengan cepat adalah beberapa keuntungan mengetik dibandingkan dengan menulis tangan. 

Sebaliknya, ada kekhawatiran bahwa generasi muda mungkin kehilangan kemampuan menulis tangan mereka karena ketergantungan berlebihan pada teknologi.

Apakah era digital benar-benar mengancam eksistensi tulisan tangan? Atau apakah kita, sebagai masyarakat, masih mengakui nilai dan pentingnya keterampilan dasar ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun