Mohon tunggu...
Syahid Malik
Syahid Malik Mohon Tunggu... Seniman - allahumma yassir wala tu'assir

terlatih tanpa pamrih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memanfaatkan! Bukan Dimanfaatkan Sosial Media

5 Mei 2021   21:58 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:04 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hallo semuanya. Selamat menjalankan ibadah Puasa bagi yamg menjalankan. Di bulan puasa seperti ini tentu kita tidak pernah terlepas setiap waktunya untuk menggunakan Smart phone terutama untu mengisi waktu luang dikala menjalankan puasa Ramadhan, setiap kali menggunakan smasrt phone besar kemungkinannya kita untuk mengakses Sosial Media.

Lalu apa sebenarnya sosial media itu? Kenapa kita menggunakan sosial media? Simak terus tulisan ini sampai selesai.

Media sosial adalah media daring yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi jarak jauh, proses interaksi antara user satu dengan user lain, serta mendapatkan sebuah informasi melalui perangkat aplikasi khusus menggunakan jaringan internet.

Media sosial adalah suatu media daring yang memudahkan para penggunanya untuk melakukan interaksi sosial secara online. Di sana mereka bisa berkomunikasi, networking, berbagi, dan banyak kegiatan lainnya. Media daring yang sering digunakan saat ini adalah Instagram, Facebook, YouTube, Twitter, dan lain sebagainya

Dalam dunia komunikasi, media sosial bermanfaat sebagai sarana untung membangun hubungan atau relasi. Bahkan media sosial membantu kita untuk berkomunikasi jarak jauh karena media sosial memiliki jangkauan global. Media sosial mempermudah kita untuk berinteraksi di mana pun kita berada.

Pengalaman saya dalam menggunakan sosial media, Saya bisa menyapa orang lain mengobrol dan berkenalan walaupun hanya di dunia maya tanpa bertemu sekalipun, bukan tidak mungkin bahwasannya sosial media bisa menjadi sarana untuk menambah relasi dan bisa mengikat hubungan baik juga dengan orang lain di luar sana. Dengan sosial media sepatutnya kita gunakan sebagai sarana yang positif untuk membangun taraf hidup kita menjadi semakin baik dan sebetulnya sosial media bisa menjadikan kita apapun yang kita inginkan pada berbagai platform sosial media lainnya tergantung bagaimana kita dalam menggunakan hal tersebut.

Kita juga bisa membagikan informasi tentang apapun kepada siapa saja yang kita mau. Dan kita juga bisa mendapat informasi apapun dari mana saja sehingga kita bisa tahu sebuah  peristiwa apa yang sedang terjadi di daerah lain. Dalam hal ini sosial media telah menembus jarak ruang dan waktu kepada setiap penggunanya. Tentu saja hal tersebut mempermudah kebutuhan informasi manusia dalam mengakses dan menerima sebuah informasi dan berita actual lainnya dari seluruh sumber. Sehingga dapat di simpulkan bahwa sosial media hadir untuk memudahkan manusia dan dimudahkan pula manusia dalam menggunakannya.

Dalam lingkup komunikasi pemasaran sendiri, media sosial termasuk kedalam interractive markerting, karena media sosial memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik yang memungkinkan penggunanya dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga atau secara (real time).

Sedangkan partisipasi adalah berasal dari bahasa Inggris participate yang artinya adalah mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Willie Wijaya:2004). Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001) juga mengemukakan partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

potensi media sosial sebagai sarana promosi pariwisata berbasis partisipasi masyarakat sangat besar, walaupun masih dibiarkan berjalan tanpa ada yang mengelola partisipasi masyarakat tersebut masih tetap menunjukkan bahwa dampaknya pada berkembangnya objek wisata sangat besar. Bagaimana jadinya jika objek-objek pariwisata yang lain yang ada di Indonesia bisa memanfaatkan potensi media sosial berbasis partisipasi masyarakat ini, bukan tidak mungkin nantinya pariwisata Indonesia berkembang seperti Bali pada saat ini.

Hal yang menarik dalam penggunaan media sosial ini adalah para informan dapat menggunakan media sosial ini dalam satu waktu. Ketika sekelompok mahasiswa (informan) sedang mengerjakan tugas kuliah di depan layar laptop, di saat itu pula mereka sekaligus membuka situs Facebook untuk mengobrol (chatting), mendengarkan musik di Youtube, dan berdiskusi di grup Whatsapp. Beberapa informan lain melakukan video call melalui Skype sambil memilih-milih barang untuk dipesan daring melalui Instagram.

Digital native benar-benar menggunakan media sosial untuk beragam tujuan dalam keseharian mereka. Penggunaan tersebut dimulai dari kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang dibantu oleh kemudahan fasilitas media sosial. Digital native dapat dengan mudah mendapatkan informasi seputar makanan, lokasi untuk bersantai, mencari teman lama, atau memperoleh pengetahuan tentang suatu berita melalui banyak aplikasi yang disediakan di fitur internet. Tak sulit bagi digital native untuk mendapatkan segala informasi karena kemudahan akses internet yang telah masuk di segala sendi kehidupan. Bahkan untuk melakukan pembelajaan kebutuhan tersier, seperti sepatu, baju, dan make-up, mereka tinggal membeli melalui sistem pembelanjaan daring.

Para informan memahami seluruh cara mengakses dan ketentuan yang berlaku pada tiap media sosial, terutama saat informan mengakses poin-poin data yang diminta oleh media sosial ketika akan mendaftarkan diri (sign up). Namun, terdapat poin-poin privasi yang tidak diberikan secara vulgar pada akun media sosial untuk alasan keamanan, seperti seperti data email, alamat, nomor telepon, dan lokasi. Beberapa informan memberikan (share) lokasi timpat tinggal, tetapi hanya sebatas pada lokasi provinsi dan kota domisili saja. Para informan menilai bahwa penggunaan akses media sosial dibuat sangat bebas. Mereka dapat mengeksplorasi identitas diri atau mengelaborasi segala hal tanpa terbatasi ruang dan waktu.Domain Media AnalyzePara informan menggunakan delapan akun media sosial secara aktif. Media sosial tersebut, yaitu Instagram, Line, Youtube, Whatsapp, Facebook, Snapchat, Twitter, dan Ask.fm. Instagram adalah salah satu media sosial paling popular yang digunakan digital native. Media sosial ini seakan telah mengambil sebagian kehidupan digital native sepanjang hari. Kelebihan fitur Instagram memang membuat digital native betah berlama-lama menikmati fasilitas yang diberikan media sosial ini.

Seperti yang sudah katakan di awal tadi bahwa sebaiknya kita menggunakan sosial media sebaik mungkin jangan sampaikan merugikan diri sendiri dan orang lain. Setelah banyak hal yang bisa kita dapatkan dan dimanfaatkan pada sosial media tidak dapat dipungkiri dan dihindari tanpa sepengetahuan kita akan gangguan dan kejadian yang dapat menimpa kita pada sosial media diluar kehendak kita, seperti kasus penipuan bisa saja terjadi pada sosial media, lalu serangan buzzer juga bisa saja menimpa kita.

Seperti yang sudah kita ketahui beberapa bulan lalu Kejadian yang dialami oleh Bintang Emon adalah contoh betapa banalnya serangan siber yang dilakukan buzzer. Hal ini tentunya mengancam kebebasan berekspresi dalam berkarya. Dan kalau dibiarkan berlarut-larut, tentunya akan menciptakan iklim media sosial yang tak sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun