Mohon tunggu...
Syahiddilah Adha
Syahiddilah Adha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pedagang Pasar Ciputat Keluhkan Praktik Jual-Beli Lapak: Apa Solusinya?

22 Juli 2024   00:24 Diperbarui: 22 Juli 2024   00:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi yang diambil pada tanggal 20 juli 2024

Ciputat, Tangerang Selatan – Pada praktiknya lapak yang dibeli oleh pedagang terkadang di tempati dengan cara cuma-cuma karena adanya perubahan bangunan Pasar dan mereka tidak mempunyai hak atas lapak tersebut sehingga ditemukan bahwa status kepemilikan lapak tersebut tidak dimiliki oleh pedagang. 

Para pedagang di Pasar Ciputat kembali angkat bicara terkait praktik jual-beli lapak yang mereka anggap semakin merugikan. Kondisi ini tak hanya memberatkan para pedagang kecil, tetapi juga mengancam keberlangsungan pasar tradisional yang menjadi tumpuan hidup banyak warga. Praktik ini dianggap sebagai salah satu masalah serius yang harus segera diatasi demi kelangsungan hidup pasar tradisional dan kesejahteraan para pedagang. 

Nurhayati (48), seorang pedagang sayur yang telah berjualan di Pasar Ciputat selama lebih dari 7 tahun, mengungkapkan rasa frustasinya. 

"Praktik jual-beli lapak ini sudah berlangsung cukup lama dan semakin parah. Dahulu, kami hanya membayar sewa kepada pengelola pasar, tapi sekarang banyak oknum yang memperjualbelikan lapak dengan harga tinggi. Ini sangat memberatkan kami, terutama yang modalnya terbatas," kata Nurhayati.

Dia menjelaskan bahwa kenaikan harga lapak yang tidak terkendali ini membuat banyak pedagang terpaksa menutup usahanya. 

"Banyak teman saya yang akhirnya tidak sanggup lagi membayar biaya sewa dan harus menutup lapaknya. Pasar ini adalah sumber penghidupan kami, dan dengan kondisi seperti ini, kami sangat kesulitan," ujarnya dengan nada prihatin. 

Ia juga menyoroti kurangnya tindakan tegas dari pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini. "Kami sudah beberapa kali melapor, tapi tidak ada tindakan nyata. Kami berharap ada solusi yang bisa melindungi kami dari praktik semacam ini," tambah Nurhayati.

Selain itu, ia juga menceritakan tentang dampak psikologis yang dirasakan oleh para pedagang. "Setiap hari, kami hidup dalam kekhawatiran apakah besok kami masih bisa berjualan atau tidak. Ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang rasa aman dan stabilitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari," jelasnya. Nurhayati berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan pengelola pasar untuk mengatasi masalah ini.

Para pedagang berharap ada solusi konkret dari pengelola pasar dan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah jual-beli lapak ini. Mereka menginginkan sistem sewa lapak yang lebih transparan dan terjangkau, serta tindakan tegas terhadap oknum yang melakukan praktik ilegal.

Seorang perwakilan dari pengelola pasar Bapak Ahmad, menyatakan bahwa mereka tengah berupaya mencari solusi untuk masalah ini. 

"Kami sedang melakukan peninjauan kembali terhadap sistem sewa lapak di pasar ini. Kami juga berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menghentikan praktik jual-beli lapak yang tidak sesuai aturan," ujarnya.

Pengelola pasar mengakui bahwa ada oknum yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi. "Kami tidak menutup mata terhadap adanya oknum yang memperjualbelikan lapak secara ilegal. Kami berkomitmen untuk menindak tegas mereka yang melanggar aturan," tambahnya.

Pengelola juga mengungkapkan bahwa mereka tengah merencanakan beberapa langkah untuk memperbaiki kondisi pasar. "Kami berencana untuk menata ulang sistem sewa lapak agar lebih transparan dan terjangkau. Kami juga akan meningkatkan pengawasan untuk mencegah praktik ilegal ini terulang kembali," jelasnya.

Foto dokumentasi yang diambil pada tanggal 20 juli 2024
Foto dokumentasi yang diambil pada tanggal 20 juli 2024

Solusi yang diharapkan oleh para pedagang adalah pembentukan sebuah komite khusus yang terdiri dari perwakilan pedagang, pengelola pasar, dan pemerintah daerah. Komite ini bertugas untuk memantau dan mengawasi segala bentuk transaksi sewa dan jual-beli lapak di pasar. 

Selain itu, adanya regulasi yang lebih ketat dan transparan mengenai harga sewa lapak serta sanksi tegas bagi oknum yang melanggar aturan juga sangat diharapkan. 

Pedagang berharap adanya pelatihan dan penyuluhan mengenai hak dan kewajiban mereka sebagai penyewa lapak, sehingga mereka lebih memahami dan bisa menjaga hak-hak mereka dari praktik yang merugikan.

"Kami juga mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk memberikan subsidi atau bantuan kepada pedagang kecil yang terdampak oleh praktik ini. Dengan begitu, kami bisa tetap berjualan dan pasar tradisional ini bisa terus berjalan," kata Nurhayati.

Ahmad juga menambahkan bahwa dukungan dari masyarakat sangat penting. "Pembeli juga perlu mendukung pasar tradisional dengan tetap berbelanja di sini. Ini akan membantu kami bertahan dan melawan praktik jual-beli lapak yang merugikan," ujarnya. 

Pengelola pasar berencana untuk memperkenalkan sistem sewa berbasis teknologi. "Kami sedang mempertimbangkan penggunaan sistem digital untuk mencatat setiap transaksi sewa lapak, sehingga lebih transparan dan sulit untuk disalahgunakan," ungkap Ahmad. Langkah ini diharapkan dapat memberikan rasa aman dan keadilan bagi para pedagang.

Praktik jual-beli lapak di Pasar Ciputat telah menimbulkan keresahan di kalangan pedagang. Mereka berharap ada solusi cepat dan efektif dari pengelola pasar dan pemerintah daerah untuk menghentikan praktik ini. 

Dengan adanya tindakan tegas dan pengawasan yang ketat, diharapkan pasar tradisional dapat kembali menjadi tempat yang kondusif bagi para pedagang kecil dan masyarakat luas. Keberlangsungan pasar tradisional sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekonomi lokal dan mendukung kesejahteraan masyarakat.

                                                                                                                                                                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun