Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menengok kehidupan di Bonto Parang Maros

4 Agustus 2014   20:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari liburan lebaran, selain mudik ke kampung halaman dan berlibur bersama keluarga saya sangat beruntung karena diajak komunitas 1000 guru regional makassar untuk berkunjung ke Bonto Parang. Sebuah desa di Pegunungan Maros perbatasan dengan Kabupaten Gowa. Rangkaian pegunungan di dekat Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang. Komunitas 1000 guru regional Makassar melakukan survey untuk acara traveling dan teaching yang akan dilaksanakan pada tanggal 16-17 agustus 2014 mendatang.

Uji nyali melewati jembatan gantung

1407129727203774746
1407129727203774746
Istirahat di jalan berbatu

Desa Bonto Parang terletak di kecamatan Tompo Bulu kabupaten Maros. Sekitar 70 km dari Makassar, namun karena akses jalan berbatu dan mendaki sehingga ditempuh sekitar 4 jam dengan menggunakan sepeda motor. Bahkan sebagian besar dusun hanya bisa diakses dengan jalan kaki, seperti Dusun Cindakko dan Tanete yang harus ditempuh dengan 4 jam berjalan kaki dari Dusun Bahagia ( dusun terakhir yang bisa diakses dengan sepeda motor). Saya dan beberapa anggota tim survey 1000 guru tidak menyangka kondisi jalan akan separah itu sehingga menggunakan motor matik, untunglah terbayar dengan keindahan alam selama perjalanan berupa sungai dan gunung yang berderet indah.

Di Bonto Parangkami diterima di rumah Dg. Tata Cuang. Daeng Tata sudah akrab dengan mahasiswa pencinta alam yang sering melintasi pegunungan di seputar Bawakaraeng, kebetulan salah seorang dari kami sudah sering berkunjung ke sini. Dari penjelasan Dg. tata saya mendengar banyak kisah seputar kehidupan warga . Tentang pekerjaan penduduk, kegotong royongan yang masih terjaga serta sulitnya pendidikan dan kesehatan karena akses transportasi yang terbatas.

14071301101672761685
14071301101672761685
Di rumah Dg. Tata Cuang

1407132720235537947
1407132720235537947
Menikmati kebebasan, segarnya angin pegunungan

Potensi Ekonomi dan Kehidupan Warga

Penduduk desa Desa Bonto Parang terdiri dari sekitar 300 kepala keluarga tersebar di 5 dusun yang berjauhan dan tidak bisa diakses dengan kendaraan.  Pekerjaan utama penduduknya adalah bertani di sawah di lembah dan lereng gunung. Selain alam yang indah, desa ini dianugrahi tanah yang subur dan hutan lebat yang masih terjaga. Selain bertani, penduduk desa Bonto Parang juga kebanyakan memelihara sapi. Sapi-sapi yang tidak dikandangkan dan cukup dilepas di sawah dan lereng gunung. Pendapatan dari sapi sangat membantu ekonomi warga kata Dg. Tata cuang. Sumber ekonomi yang lain adalah membuat gula merah dari aren dan mencari madu di hutan.

14071309742047407950
14071309742047407950
Air Terjun Bonto Parang

14071319851301170395
14071319851301170395
Rumah-rumah warga di balik gunung

14071329511859697454
14071329511859697454
Gunung - gunung yang eksotik

14071333191955072647
14071333191955072647
Indonesiaku itu indah

Sewaktu melintasi desa ini, terlihat bahwa kehidupan ekonomi warga desa cukup lumayan. Tak jarang yang memiliki mobil pribadi meskipun jalan raya sepertinya tidak memungkinkan untuk mobil. Barang-barang elektronik pun sudah sangat akrab dengan warga, meskipun listrik menggunakan Genset sehingga hanya bisa sampai jam 10 malam dan signal sulit diperoleh.  Menurut dg. Tata dulu pernah ada pembangkit mikro hidro namun tidak berfungsi lagi karena minimnya perawatan.

Secara ekonomi daerah ini sangat potensil untuk dikembangkan, jarak yang dekat dengan Makassar dan alam yang indah serta adanya air terjun merupakan potensi wisata yang bisa menjadi sumber pendapatan daerah. Hanya saja perlu investasi dari pemda maros untuk memperbaiki jalan raya yang ada serta promosi untuk menarik wisatawan ke daerah ini.

Pendidikan dan Kesehatan

Sulitnya transportasi menyebabkan sulitnya akses pendidikan dan kesehatan pada warga. Selain itu Fasilitas pendidikan pun terbatas.  Puskesmas hanya ada di ibukota kecamatan, sedangkan  sekolah dasar hanya satuyang terletak di dusun bahagia, sehingga anak-anak dari dusun-dusun lain harus berjalan berjam-jam untuk berangkat ke sekolah. Untuk dusun yang lebih jauh, banyak warga yang menitip anaknya di rumah warga di dusun bahagia meski anaknya masih kurang dari 10 tahun untuk memperoleh pendidikan SD.  Mereka pulang seminggu sekali ke rumah orang tua. Namun tentu saja hanya orang tua yang sadar akan pendidikan. Tentu masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena kondisi dan rendahnya kesadaran orang tua.

1407132392339543826
1407132392339543826
Masjid Bonto Parang

Hasanuddin, guru SD di Bonto Marannu menjelaskan kepada kami terbatasnya fasilitas pendidikan. Namun tidak menyurutkan minat anak-anak untuk bersekolah, jumlah siswa sekitar 260 orang. Memang semestinya ada SD yang dibangun di dusun -dusun lain karena di sana juga jumlah warganya cukup banyak yang membutuhkan pendidikan. SMP sudah ada satu atap dengan SD yang di Bonto Parang, namun tenaga pendidiknya masih terbatas. Di SD sendiri hanya 1 guru berstatus PNS, guru-guru lainnya masih berstatus honorer.

Pelayanan kesehatan tentu masih sangat sulit diperoleh, warga hanya mengandalkan pengetahuan tradisional turun temurun untuk survive. Atau bakti sosial yang diadakan sesekali oleh mahasiswa dan pemerintah. Saya lupa menanyakan mengenai pendidikan agama bagi anak-anak disini, saya hanya melihat satu mesjid kecil yang tidak terurus. Pasti masih banyak anak-anak yang tidak bisa mengaji dan mendapat pelajaran agama yang memadai disini. Dan Daerah-daerah pegunungan seperti ini yang tidak mendapat perhatian dari pemerintah dan lembaga dakwah sangat rawan untuk pindah agama.

Mungkin ada baiknya pemerintah Maros berkunjung ke desa ini, melihat potensi ekonomi dan parawisata yang ada sekaligus memperhatikan kebutuhan warganya akan pendidikan dan kesehatan. Jarak yang dekat dengan Makassar dan alam yang indah adalah potensi parawisata yang dapat bermanfaat dengan warga dan pendapatan keuangan bagi kabupaten maros, namun tentu saja akses transportasi harus diperbaiki. Paling tidak bagi saya, bahwa masyarakat dan pemerintah seyogyanya memperhatikan akses pendidikan dan kesehatan bagi saudara-saudara kita disana yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun