Perang Sudan telah membawa dampak buruk pada banyak aspek kehidupan Masyarakat di kota maupun di pendesaan. Perang yang pecah pada tanggal 15 april 2023, Tidak sedikit juga Masyarakat yang menjadi korban akibat perang yang melanda negara ini. Namun, di tengah segala kesulitan, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Sudan menunjukkan ketangguhan luar biasa. Selama konflik PCIM Sudan bertahan dan beradaptasi dengan  konflik berkepanjangan di negara ini, hingga sampai proses evakuasi.
Melihat bagaimana ketangguhan PCIM Sudan selama perang sudan berlangsung dalam bertahan dan membantu sesama. PCIM aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang membantu menguatkan literasi dan solidaritas.
Setiap bulannya, PCIM mengadakan kegiatan rutin, pengajian, dan diskusi ilmiah yang dihadiri oleh mahasiswa Indonesia serta masyarakat setempat. "PCIM Sudan adalah rumah kedua bagi kami. Di sini, kami belajar agama dan mempererat persaudaraan," ujar Beni, Sekretaris PCIM Sudan.
PCIM Sudan juga terlibat dalam berbagai aksi sosial dan filantrofi. Mereka sering mengadakan kegiatan  sosial seperti pengeboran air sumur, memberikan bantuan di sekolah, dan memberikan bantuan bencana banjir.Â
Program-program ini tidak hanya membantu masyarakat setempat tetapi juga memperkuat hubungan antara komunitas Indonesia dan Sudan. "Kami ingin memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Sudan. Ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap sesama," kata Beni
Ketika perang pecah, kondisi di Sudan berubah drastis. Banyak infrastruktur hancur, akses menuju ke universitas terhambat, akses ke kebutuhan dasar menjadi sulit, dan rasa aman hilang.Â
PCIM Sudan menghadapi tantangan besar dalam menjalankan kegiatannya. Pada akhirnya Pemerintah indonesia terpaksa memulangkan seluruh mahasiswa ke Indonesia. "Perang ini adalah ujian berat bagi kami. Banyak kegiatan yang terhenti dan kami harus berasa tetap tegar dengan situasi yang sangat sulit," ujar Beni
Meskipun demikian, PCIM Sudan tidak menyerah. Mereka berusaha mencari cara untuk tetap bertahan sambil menunggu proses evakusi. "Kami tetap berusaha menjaga semangat kebersamaan. Meskipun terpisah jarak, hati kami tetap dekat," kata Rif'an, ketua PCIM Sudan.
Kehadiran PCIM Sudan dalam masa-masa sulit ini membawa pengaruh positif yang besar bagi mahasiswa dan terus bekerja sama dengan pihak lain. Mereka menjadi sumber harapan dan inspirasi bagi mahasiswa. "PCIM Sudan adalah bukti bahwa di tengah kesulitan, selalu ada harapan untuk bangkit dan tetap bertahan," kata Beni
PCIM Sudan juga menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kepedulian tidak mengenal batasan. Kerja keras dan dedikasi mereka menjadi contoh nyata bahwa dengan tekad yang kuat, kita bisa menghadapi dan mengatasi tantangan sebesar apa pun. "Kami belajar banyak dari situasi ini. Ketangguhan bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang bangkit dan beradaptasi dengan kondisi yang mencengkam," kata Ketua PCIM Sudan.
Meskipun menghadapi ancaman dan kesulitan, PCIM Sudan terus mencari cara untuk tetap memberikan bantuan. Salah satu contoh ketangguhan PCIM Sudan terlihat dari upaya mereka dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan.Â
Dengan kondisi jalan yang rusak dan ancaman serangan, mereka tetap berusaha mengirimkan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya kepada mereka yang membutuhkan. Bahkan di saat kesulitan pun, PCIM juga ikut andil dalam mencari bis untuk evakuasi yang bekerja sama dengan pihak KBRI Khartoum dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan.
"Banyak orang yang kelaparan karena kelangkaan pasokan bahan pokok. Kami tidak bisa tinggal diam. Dengan bantuan donatur dan kerjasama dengan organisasi lain, kami mencoba untuk memberikan yang terbaik," kata beni
Untuk terus menjalankan misi kemanusian mereka di tengah perang, PCIM Sudan mengadopsi berbagai inovasi. Mereka memanfaatkan teknologi untuk tetap berkomunikasi dan koordinasi. Selain itu, mereka mengadakan pengalangan dana untuk mengantisipasi kelangkaan makanan dan bahan pokok dalam  situasi darurat dan memberikan bantuan medis dasar.
"Kami belajar banyak hal baru. Kondisi memaksa kami untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah," ujar Rif'an.
PCIM Sudan menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kepedulian tidak mengenal batasan. Kerja keras dan dedikasi mereka menjadi contoh nyata bahwa dengan tekad yang kuat, kita bisa menghadapi dan mengatasi tantangan sebesar apa pun. Kepedulian sasama dan masa pengabdian kepada Masyarakat sudan dan sesama mahasiswa Indonesia di sudan.
Setibanya di Indonesia, PCIM masih harus memperjuangkan kelanjutan dari Pendidikan mahaisiswa yang telah di evakuasi melihat tidak ada kepastian dari pihak universitas pada saat itu.Â
Hingga saat ini, mahasiswa korban perang sudan yang di bawah naungan Muhammadiyah sudah bisa melanjutkan ke perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM). Sempat ada ketidakada kepastian perihal kelanjutan studi yang berujung penantian Panjang, hingga akhirnya PCIM mengupayakan untuk bisa melanjutkan studi lanjutan.
Setelah  satu tahun perang sudan pecah di Khartoum, hingga saat ini perang masih terus berlanjut. Namun, Ketangguhan PCIM Sudan di tengah perang adalah bukti nyata dari semangat gotong royong dan kepedulian.Â
Melalui program-program sosial, pendidikan, dan ekonomi, mereka membantu masyarakat Sudan bangkit dari keterpurukan. Ketangguhan dan semangat yang ditunjukkan oleh PCIM Sudan menjadi inspirasi bagi banyak orang, dan PCIM di belahan negara lainnya, membuktikan bahwa di tengah kesulitan, selalu ada harapan untuk masa depan yang lebih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H