Mohon tunggu...
Syahadah Khoirul Nisa
Syahadah Khoirul Nisa Mohon Tunggu... Jurnalis - @Syahadahkn

Permudahlah hidup dengan selalu bersyukur:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

3 Maret 2020   22:44 Diperbarui: 3 Maret 2020   22:51 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secercah harapan

1. Kali pertama

ANNA FATHIYAH  menulis sebuah cerita di balik lensa ketika perjalanan menuju rumah, ini yang menjadi alasan mengapa ia hobi bergelut merangkai kata. Tidak hanya sekedar menulis, namun tulisannya bermakna yang membuat hati pembaca menjadi tersayat-sayat. Sinar mentari yang memantulkan seberkas cahaya tepat berada di lensa kacamatanya. 

Bangunan kuno yang berjejer di bawah langit nan teduh serta pemandangan yang membuat sosok wanita itu berhenti mengayuh sepeda, matanya membelalak melihat cakrawala yang menyuguhkan alam nan seindah ini. 

Banyak orang berlalu-lalang dan danau yang tepat berada di depan matanya yang membuat tangannya tak berhenti menulis, apalagi mengenai alam dan cerita hidupnya. Kata demi kata ia tulis tanpa memedulikan sekitarnya, ia tulis mulai dari A sampai Z tanpa ada yang tertinggal sama sekali.

Alam ini menyuguhkan suatu seni yang tidak tertanding indah sampai ia tak sadar bahwa adzan Maghrib akan segera bergema. Ia segera beranjak dari tempat itu dan mengayuh sepeda sekencang mungkin. untungnya tempat tinggal ia tak jauh dari danau itu, hanya butuh waktu tujuh menit untuk sampai di rumahnya. 

Begitu membukakan pintu lagi-lagi orang tuanya belum pulang, hanya ada bibi dan ia. Walaupun orang tuanya pergi pagi dan pulang malam, tapi ia selalu di perhatikan akan sholat dan belajarnya. Orang tuanya selalu bilang "bahwa dunia tak butuh orang malas" itulah kata-kata yang membuat belajarnya selalu semangat.

Malam berlalu, kini waktunya anna mencari ilmu, tak ada kata terlambat untuk belajar. Ketika ia hendak berangkat sekolah, ia tak lupa berpamitan dengan orang tuanya. Lalu, ia segera mengayuh sepeda, kini embun masih menyelimuti perjalanan dan tentu suhunya sangat dingin. Akan tetapi ia harus segera sampai di sekolah dan tiba-tiba brukkk,

" Maaf, maaf aku tak sengaja" ujar pemuda itu
Anna langsung berdiri walau rantai sepedanya putus "Oke tidak apa-apa"
"Biar kubantu untuk membetulkan sepedamu"
 "Tidak usah, lagi pula itu tidak sengaja dan kau sedang terburu-buru untuk berangkat sekolah?"
"Iya...., aku permisi dulu ya" pemuda itu tersenyum dan langsung berlari menjauhi tempat itu dimana Anna berdiri. Terpaksa Anna menuntun sepedanya, namun ia tetap kepikiran tentang pemuda tadi, sikapnya yang sopan serta ramah membuat ia segan sebab baru kali ini ia bertemu dengan orang serakah ini.

Langkah demi langkah ia lakukan tanpa menghiraukan sekelilingnya, ternyata banyak hal tentang hari ini dan cerita yang ia rangkai. Setibanya ia di sekolah ia langsung duduk dan membuka buku, lalu segera menulis. Ternyata bell berbunyi dan terpaksa ia penutup buku walau ceritanya belum sempat selesai. 

"Ah, mengapa hari ini harus ada pelajaran bahasa Inggris sih", begitu gerutu hati Anna. Setiap kali belajar bahasa Inggris hatinya selalu dag dig dug takaruan, tangannya gemetar, banyak hal yang tak ingin ia harapkan yaitu ditunjuk tuk mengerjakan tugas bahasa Inggris di depan, karena ia tau ia tak bisa bahasa Inggris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun