Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Gema GENRE untuk Siap Menikah

25 Agustus 2016   14:01 Diperbarui: 29 Agustus 2016   15:35 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stunting / tribunjojga.com

Bila belum siap lebih baik tunda saja dulu, pernikahan bukanlah hal yang dianggap sepele, pernikahan adalah sesuatu hal yang besar. Jika kita melihat lebih jauh, pernikahan bisa terjadi bila pasangan laki-laki sudah siap menafkahi isterinya lahir dan batin. Demikian pula  pihak pasangan wanita siap untuk melayani suaminya.Yang  jelas, laki-laki dan perempuan pada usia tersebut dipandang telah mampu untuk hidup mandiri, dan secara medis pada usia tersebut laki-laki dan perempuan telah mampu untuk menghasilkan keturunan. Sungguh riskan jika menikah dengan terburu-buru, kemungkinan  resikonya bisa berat, timbul perceraian, keluarga yang tidak harmonis, tingkat ekonomi yang tidak memadai, anak tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik, dan kesehatan yang rendah.

Pernikahan Dibawah Umur

Bagi pasangan yang ingin menikah  tentu dianjurkan  yang telah  memiliki kesiapan, secara mental.Seperti yang pernah disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise, pernikahan yang menimbulkan masalah biasanya berlangsung tanpa kesiapan mental, seringkali terjadi pada pernikahan yang dilakukan tegesa-gesa seperti pernikahan dibawah umur atau pernikahan dini. Ini bisa disebut keluarga yang belum siap atau belum matang.

Perempuan yang menikah pada usia dini juga akan kehilangan masa kanak-kanaknya, masa dia bertumbuh, dan masa-masanya untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Sebab, biasanya anak yang menikah dini akhirnya putus sekolah.Pernikahan dini rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dengan perempuan sebagai korbannya.Dikatakan Menteri Yohana, negarapun  tidak akan mampu bersaing untuk beberapa dekade kedepan bilamana anak-anak tidak mendapatkan awal kehidupan yang terbaik.

Kemudian dari segi kesehatan menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek keluarga harus dimulai dengan keluarga yang sehat,sehingga memiliki ketahanan yang kuat.Akibat pernikahan dibawah umur, umumnya dampak yang terjadi menimpa pada kesehatan perempuan. Karena dilakukan pada usia muda, seringkali organ reproduksi perempuan belum siap, sehingga bisa menyebabkan kesakitan, trauma seks berkelanjutan, pendarahan, keguguran, bahkan sampai yang fatal, kematian ibu saat melahirkan.

Bahkan hasil dari sebuah riset pada tahun 2013 yang lalu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pernah merilis hasil riset kesehatan dasar.Salah satu yang menjadi perhatian adalah adanya peningkatan pada proporsi balita gizi kurang dan proporsi balita pendek. Kemenkes menyebut hal itu terjadi akibat perkawinan pada usia dini. Jika hal itu terus dibiarkan, ke depannya balita-balita Indonesia akan banyak yang mengalami stunting atau pendek.

Ilustrasi stunting / tribunjojga.com
Ilustrasi stunting / tribunjojga.com
Kampanye

Khawatir dengan masalah penikahan dibawah usia pada generasi muda, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menghimbau para remaja di tanah air untuk dapat menunda usia perkawinan atau tidak buru-buru menikah. Jika tidak akan menghadapi berbagai masalah.

Kini di Indonesia pernikahan dibawah umur atau pernikahan dini boleh dikatakan sudah menjadi masalah serius.Mengenai fenomena ini pemerintah melalui BKKBN telah melakukan kajian mengapa persoalan ini tejadi peningkatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan BKKBN pada tahun 2014, 46 persen atau setara dengan 2,5 juta pernikahan yang terjadi di setiap tahun di Indonesia mempelai perempuannya berusia antara 15 sampai 19 tahun. Bahkan 5% diantaranya melibatkan mempelai perempuan yang berusia di bawah 15 tahun.

Menurut Kepala BKKBN Surya Candra Surapaty, belum optimalnya kampanye penundaan usia perkawinan menjadi penyebabnya. Ini terjadi karena fokus kampanye yang dilakukan melalui Program GenRe di kalangan remaja tidak fokus pada penundaan usia perkawinan atau penghentian pernikahan dini.

Kampanye Program GenRe sebelumnya diarahkan pada ‘katakan jangan pada seks pra nikah, jangan pada napza, dan tidak pada HIV/AIDS’, maka pada rebranding terjadi perubahan substansi: katakan tidak pada nikah dini, katakan tidak pada seks pra nikah, dan katakan tidak pada penyalahgunaan Napza’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun